Selasa, 06 Februari 2024

 JATAH AYAM BANTUAN PEMERINTAH SUDAH MATI HIDUP LAGI???

06 Februari 2024

Cerita ini diawali dengan adanya obrolan pagi antara Pak Rt dengan Warganya, sebutlah nama warganya Robet dialognya kurang lebihnya begini :

Pak RT   : Assalamualaikum ..

Robet   : Mangga ( silahkan ) Pak ReTe ( panggilan akrab warga sama Rt-nya ), tumben Te pagi-pagi begini sudah nyampai sini silahkan ada yang bisa saya bantu?.

Pak RT : Nggak cuma sebentar mau nyampaikan informasi tentang adanya bantuan beras dari Pemerintah sebayak 10 kg.

Robet  : Oh apa saya dapat Pak ?? dengan menampakan wajah heran.

Pak Rt  : Dapat Pak.

Robet  : Apa nggak salah datanya Pak RT, tumben-tumbennya saya dapat, maksudnya kalau ada warga lain ada yang lebih butuh atau lebih berhak, tapi nggak kebagian, mending buat dia saja.

Pak RT  : Semua warga Rt kita dapat koq Pak Robet tanpa terkecuali, jadi dapat jatah semua, rencananya pembagiannya akan dilakukan tiap bulan sampai bulan juni depan.

Robet  : Oh begitu toch, bulan-bulan terakhir ini sepertinya beruntun banget paket -paket bansos yang digelontorkan oleh Pemerintah, apa mungkin karena mau mendekati Pemilu ya Te? he..he..he

Pak RT  : Bisa jadi Pak Robet, kayak diberondong loch, sampai jumpalitan ngurus sosialisasi  atau acara penmbagiannya, oh ya Pak Robet kemarin-kemarin sebenarnya ada paket bantuan ayam atau kalau saya bilang pitik ( Ayam kecil ) soalnya gedenya segini ( sambil mengepalkan kedua tangan Pak RT ), e,,ch barangkali kemarin-kemarin Pak Robet ngobrol sama tetangga sini koq pada dapat bantuan ayam hidup, tapi sayangnya ayam punya Pak Yudi belum sempat dikasihkan, malah sudah mati, jadi saat ayam itu datang, ayam tersebut ditaruh disamping rumah, kebetulan akhir-akhir ini seering hujan khusus di sore hari, nach ayam itu kehujanan, lupa nggak di kandangin atau diteduhkan, ech..h tahu-tahu pagi-paginya begitu di cek ayamnya sudah terbujur kaku alias mati, jadi nggak kebagian ayam dech Pak Robet.

Robet : Oh kayak gitu Te, nggap papa lach Te namaya barang hidup  khan ada waktunya mati, bagi saya no problem Te.

Kebetulan istri Robet yang sedari tadi ikut nimbrung ndengerin, ada perlu mau beli kado buat cucu Pak RT yang lahiran belum seminggu ini, ditambah mau beli makanan buat nyumbang tetangga belakang rumah yang sedah renovasi rumah, setelah dapat kado dan makanan, langsung istri Robet nganterin kado itu ke rumah Pak RT, kebetulan yang ada cuma Bu RT, Anak RT dan bayinya, sedang Pak RT selepas dari rumah |Robet nggak langsung ke rumah ( mungkin langsung ke ladang ), setelah ngobrol basa basi diujung pembicaraan Bu RT bilang gini " Bu..bu itu ayam yang agak gede disamping rumah itu khan punya Ibu ( Istri robet ), yang kemarin dapat bantuan", mendengar apa yang dikatakan Bu RT sontak istri Robet melongo ( dalam batin tadi di rumah Pak RT bilangnya ayamnya sudah mati ?? )

Pulang-pulang istri Robet dengan sedikit tergopoh ( berasa bawa bekal gosipan ) langsung menemui suaminya ( Robet ), Pak...pak...anu tadi  Bu RT cerita ada ayam bantuan yang untuk kita masih segar bugar dan hidup normal, Robet pun ikut lumayan terperanjat, ha..h.h masa sich ajaib banget ya, khan tadi kita sama-sama dengerin dengan gamblang dan lugas Pak RT bilang ayam tersebut sudah mati kaku sebelum sempat dikasihkan ke kita, oa..al..aalah Te..te wong tinggal jujur saja pengin ayamnya gituh nggak usah pakai alur cerita ayamya mati, kalau bilang dari awal Insya allah kita kasih.


Ini baru urusan pitik yang nilainya kecil, apalagi kalau masalah fulus atau barang yang lebih berharga bahaya godaannya makin gede

Makanya Te, besok-besok mesti lebih kompak lagi antara pak RT dan Bu RT biar lebih klop dan rapih 







Rabu, 18 Mei 2022

Sebuah kampung dengan kultur yang aneh

Amir adalah seorang eks perantauan, yang lumayan sudah malang melintang di Tangerang, Jakarta, Depok, Bekasi, jadi lumayan cukup kenyang memetik pengalaman pedih perih susah senangnya merantau, tinggal dikota metropolitan yang gencar di cap kejam ataupun keras ada benarnya tapi ada juga salahnya, faktanya dibalik kerasnya ibukota, selama Amir tinggal di kontrakan sampai pernah mencicipi jadi penghuni sebuah Perumahan yang cukup elit, kehidupan bertetangga, kegiatan kemasyrakatan di lingkup kontrakan maupun di perumahan malah berkesan guyup, strata sosial tidak jadi penghalang untuk kita berbaur, kalau ada kegiatan kerja bakti RT hampir seluruh insan warga nimbrung dan andil dalam tugas kerjabakti, kala rehat kami duduk sama rendah berdiri sama tinggi, walau diantara kami berbeda-beda latar belakang dan strata jabatan dari latar pekerjaan masing-masing, ada yang jadi manager di Perusahaan farmasi, ada yang kalangan TNI dan polri, ada yang jadi staf atau karyawan dari perusahaan swasta besar ataupun BUMN, ada yang berwiraswasta sukses yang mempunyai CV atau badan usaha, kalau Amir nggak usah ditanya ha..ha diamah buruh pabrik biasa, kami biasa ngobrol dan bersendagurau bersama, senyum-senyum tertawa lepas, kalau ada kegatan keagamaan, maupun olahraga acara tersebut didukung bareng-bareng, ada warga yang sakit bergantian kita jenguk, jadi anggapan ibukota kejam bisa terpatahkan dengan adanya fakta kebersaman dari sesama penghuni perantauan dari berbagai latar belakang suku berbaur dengan pribumi.

Senin, 09 Juli 2018

LOLOS DARI LUBANG JARUM



Memasuki bulan puasa ramadhan 1439 hijriyah atau sekitaran bulan Juni 2018, bahkan sebenarnya dimulai dari beberapa bulan sebelumnya, keadaan ekonomi kami, bisa dibilang terpuruk, pendapatan vs pengeluaran alami defisit yangg cukup kritis, kalau tidak harus memikirkan kewajiban terhadap pembayaran nota-nota sales dan kewajiban angsuran sebetulnya tidaklah begitu membuat galau, cemas dan runyam, kewajiban pada pihak ketiga mau tak mau harus dipenuhi walau dalam prakteknya hanya bisa nyicil semampunya, khususnya terhadap penyedia barang yang telah menitipkan barangnya untuk kami jual, nota jatuh tempo terus mengejar kami, konsekwensi dihentikannya supply barang dari dua atau tiga supplier harus kami tanggung.