Oleh : Tri Wahyudi 081110
Sabtu 11 April 2009, sebuah kejadian yang tak diharapkan menimpa keluarga atau warung kami, seperti biasa berhubung hari sabtu adalah hari libur kerja, untuk mengisi waktu akupun mengajak jalan-jalan putriku, keliling ke perumahan belakang, saat tengah perjalanan pulang ponselku berdering, rupanya ibunya bocah menelpon dari rumah, ach aku pikir ndak ada yang penting, paling-paling
nyuruh pulang kita soalnya kesepian dirumah sendirian, makanya HP aku serahkan ke putriku supaya di angkat, nich sa paling mamamu mau ngomong ama kamu, yach udah sini pa HP nya, saat HP dipegang anakku lamat-lamat terdengar suara ibunnya yang bernada tinggi, karuan putriku kaget dan menyerahkan kembali HP nya ke bapaknya, “ nich pak kayaknya ibu maunya ngomong ama bapak katanya penting”, yach penting apaan lagi tahu kita lagi jalan-jalan iseng aja, karena penasaran aku angkat juga HP nya, halo…ada apa bu, dari seberang sana terdengar jawaban dengan suara agak gemetar, ibunya bocah berujar, “ Pak warung kita kemalingan!!.”
Karena kuanggap sebagai gurauan, dengan santai akupun menimpali, ach jangan bercanda, masa sich sampai kemalingan lagian khan kamu ada dirumah, mendengar omongan bapaknya yang memang suka celele’an, suara istriku makin kencang, “ beneran pak ini bukan waktunya bercanda, tadi waktu ibu diruang tengah, sambil sandaran tembok nonton TV, saat kembali masuk warung rupanya uang yang ada didompet dan dikaleng musnah semua, begitu pula dengan dagangan rokok kita ludes semua, weh..weh koq bisa-bisanya ada orang masuk warung buka lemari dan nggondol duit sampai ndak kedengaran, padahal jarak dari ruang tengah ke warung tak lebih dari 5 meter, ya udah nich bapak juga lagi arah pulang, tak gas dech biar cepet nyampai, oh yah udah lapor satpam belum ke satpam gerbang depan, perumahan kita khan sistem cluster jadi orang keluar masuk cuma lewat satu gerbang (pos), istriku menjawab “belum”, nach itu salah mestinya tadi begitu tahu cepet-cepet dilaporin supaya segera bisa dicegat.
Berikutnya sampailah aku di pos perumahan dan segera melaporkan kejadian ini,” pak satpam barusan warung kita kemalingan, emang tidak seberapa sich yang hilang, menurut istri saya, berdasarkan saksi ( tetangga ) yang sempat lihat, kayaknya pelakunya anak sekolah, soalnya tadi sempet ada anak sekolah pakai seragam pramuka masuk warung, pak satpam dengan sigap segera menjawab OK 86 laporan kita terima dan nanti kita tindak lanjuti, gerbang pun ditutup, setelah menunggu lama nampaknya anak yang dicurigai tidak keluar-keluar, karena kemungkinan sudah keluar dari komplek.
Setelah sampai rumah, belaga kaya detektif sayapun segera mengumpulkan informasi, untuk memudahkan informasi dan mengungkap kasus ini, pertama saya gali jam kejadian dan apa saja yang hilang, dilanjut menemui saksi yang sempat melihat ada anak sekolah yang masuk warung, tapi si saksi tidak tahu karena melihatnya dari samping, ia berpikir pembeli biasa yang sedang dilyanani istriku, berikutnya saya diantar tetangga menggunakan motor mencoba mengejar, barang kali si maling masih dalam radius yang tidak terlalu jauh, dibantu pak satpam dan jaro ( Jawara ) kampung, kamipun menyisiri daerah perumahan dan kampung sekitar, tapi hari ini nampaknya pencarian berakhir sia-sia.
Setelah mencoba menyisir, sayapun kembali ke rumah, dan mencoba mencari informasi ke warung-warung sebelah, nach disitu kita dapat informasi kunci, mengenai ciri pelaku, betul tadi juga ada tiga anak, yang masuk ke warung sini, tadinya diam saja, setelah kepergok ama anak saya, dia langsung pura-pura beli minuman, anaknya masih pada pakai seragam sekolah, belum puas dengan informasi tadi, saya pun mencoba menggali informasi lain ke tetangga depan rumah, setelah ditemui diapun menjelaskan oh iya tadi ada anak sekolah tiga orang, yang satu masuk warung, yang dua nungguin di motor, tadi saya ndak curiga kirain memang pembeli biasa, oh iya motornya itu yupiter MX merah, hm akupun mencoba mengambil kesimpulan bahwa pencurinya memang mereka.
Senin, tgl 13 April 2009, demi bisa mengungkap kasus pencurian ini, sayapun memutuskan untuk cuti, karena menurut informasi satpam di smp kampung sini ada siswa yang suka pakai motor yupiter MX merah, berbekal informasi itu kamipun melakukan pengintaian ditemani tetangga dan seorang satpam, kamipun meluncur kesekolahan yang dimaksud, benar saja ditempat penitipan motor ada satu motor yang dicurigai, nah sekarang tinggal nunggu bocah pemilik kendaraan ini, soalnya tetanggaku masih hapal dengan wajah bocah itu, waktu istirahatpun tiba, tunggu punya tunggu akhirnya pemilik motor itu nongol juga, yach tapi sayang anaknya bukan maling yang dimaksud.
Kamis, 15 April 2009, telpon di meja kerja berdering, ada informasi dari ibu, maling dengan ciri-ciri diatas kembali keluyuran di komplek perumahan, akupun segera menjawab “ sudah lapor satpam belum” yang bikin geregetan istriku kembali menjawab “belum”, yach kenapa ndak cepet-cepet lapor satpam di gerbang, akhirnya dari kantor sayapun kontak satpam, “ heh pak kenapa anak dengan ciri-ciri maling yang sedang kita buru masih lolos dan bisa masuk komplek!, untung saja No polisi motor tersebut sempat dicatat tetangga saya, dan kebetulan anaknya masih bertiga berboncengan seperti kejadian awal kemalingan, masih di hari yang sama sayapun berkoordinasi dengan aparat yang memang masih kukenal baik, Pak saya terus terang kecewa dengan kinerja satpam perumahan, masa sampai saya dibelain cuti kerja buat ngumpulin data-data dan identifikasi pelaku dan ciri-cirinya sudah sangat jelas e.e.h si tersangka masuk kembali ke perumahan koq ngga diintai, terus terang pak bukan masalah kerugian uangnya yang saya pikirkan, tapi kelakuan dan mental si maling ini yang berbahaya, ini maling sudah berpindah-pindah dari perumahan satu ke perumahan yang lain dan yang lebih mirisnya mereka itu anak sekolah, kalau dibiarkan pasti tidak menimbulkan efek jera dan berbahaya bagi masa depan mereka, Pak aparat pun menjawab OK nanti dikoordinasikan dech di masing-masing wilayah, terutama pada satpam komplek kita.
Rabu 22 April 2009, telpon di mejaku kembali berdering, begitu diangkat kabar menggembirakan didapat dari istriku dia menjelaskan bahwa malingnya sudah ditangkap, sekarang lagi dikerubuti di pos sambil diinterogas satpam, sementara mereka mengakui perbuatannya, akhirnya tiga anak yang diduga maling digiring ke polsek, istri saya dan pelapor lain ( pemilik warung belakang yang juga pernah kemalingan ) ikut ke kantor polisi untuk menyiapkan berkas pengaduan dan berita acara kejadian, sampai di polsek mereka mengakui bahwa pencurian ini bukan pertama kalinya, tapi sudah kesekian kalinya, yang menjadi target terutama warung atau toko-toko di perumahan, dengan modus pengintaian apabila toko atau warung terlihat sepi salah seorang dari mereka siap untuk menggasak barang atau uang, jika kehadirannya di ketahui, mmaling itu sudah menyiapkan uang untuk berpura-pura jadi pembeli.
Saat dikantor polisi istriku terus didampingi satpam, yang juga jawara kampung sebelah, sementara dari pihak keluarga si maling juga didampingi orang-orang bertampang sangar, yang terus mencoba berusaha menghentikan kasus ini, untuk menimbulkan efek jera bagi bocah-bocah yang mestinya fokus untuk belajar, kamipun bertekad meneruskan kasus ini, setidaknya memberikan denda dan memberikan tembusan kepada pihak sekolah dan terutam keluarga untuk betul-betul serius membina mereka, soalnya kalau dipenjara mereka juga belum cukup umur.
Akhirnya kamipun mendapatkan ganti kerugian yang jumlahnya memang sedikit lebih besar dari kerugian sebenarnya, itupun setelah uangnya kami dapatkan, bermacam-macam pungutan segera susul menyusul, uang kantorlah, uang buser lah dan uang uang yang lain, karena yang kami kejar terutama adalah supaya bisa memberikan pelajaran buat si maling dan mengungkap kasus-kasus kehilangan di warung-warung perumahan yang saat itu kerap terjadi, yach soal uang begonoan bukan rahasia umum lagi kalau semuanya ujung-ujungnya duit, sepulang kerja sayapun segera meluncur ke polsek untuk menjemput istri dan menyelesaikan kasus ini.
Ha..ha..ha tidak sia-sia seminggu jadi detektif akhirya kasus ini terungkap dan tertangkap juga, dasar maling amatiran, padahal kita kagak pakai ajian puter giling ( ajian yang bisa membuat si maling kebingungan dan punya perasaan was-was, sehingga ingin mengembalikan barang yang dicurinya), habis kejadian bukannya nyari sasaran lain, eh malah muter-muter di sekitar lokasi terus, emangnya nggak kita intai, kapok akhirnya ketangkep khan, buat si maling semoga kejadian ini benar-benar membuat jera dan sadar untuk tidak melakukannya kembali, buat aparat terkait bangun citra yang baik dalam mengelola suatu kasus, jangan sampai sindiran yang beredar luas di masyarakat terbukti adanya “ kalau lapor kehilangan ayam buat biayanya bisa-bisa seperti kehilangan kerbau” .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar