Twittan kecil untuk anak-anakku
Ayah, memang tidak mengandungmu nak, tapi tahukah
engkau ketika kaki ibumu merasa pegal-pegal demi menopang janin yang bersemayam dalam perutnya, tentu Ibumu tak
kuasa menampik dan melepas beban itu walau sesaat!!!....... Ayahmu ada
disampingnya, memijat dan menghibur Ibumu, sambil berujar “ andai saja takdir
menentukan bahwa janin yang ada dalam kandungan ibumu bisa ditanggung
bergantian dengan Ayah, Ayah siap menggantikan peran Ibumu untuk sejenak mengandungmu
nak...agar ibumu bisa sedikit berkurang bebannya ( lebay.com ) jadi bayangkanlah dalam relung pikirmu, betapa risihnya dirimu tatkala saat ini dibadanmu menempel sesuatu, walau sesuatu itu, beratnya tak sampai 1/2kg, niscaya engkau akan menyingkirkan dan mengibaskannya, sedangkan kami tidak nak, sejak engkau dalam perut ibumu, perhatian kami tak pernah luput, dalam mengiringi tumbuh kembangmu, Ayah sapa dirimu, dengan membelai perut Ibumu, bahkan engkau jadi alasan Ibumu ketika menginginkan sesuatu " Ayah ini keinginan Janin yang ada dalam perut Ibu lho" maka tak ada opsi lain bagi ayah untuk menolak, pasti dengan segera Ayah berusaha memenuhinya.
nak...agar ibumu bisa sedikit berkurang bebannya ( lebay.com ) jadi bayangkanlah dalam relung pikirmu, betapa risihnya dirimu tatkala saat ini dibadanmu menempel sesuatu, walau sesuatu itu, beratnya tak sampai 1/2kg, niscaya engkau akan menyingkirkan dan mengibaskannya, sedangkan kami tidak nak, sejak engkau dalam perut ibumu, perhatian kami tak pernah luput, dalam mengiringi tumbuh kembangmu, Ayah sapa dirimu, dengan membelai perut Ibumu, bahkan engkau jadi alasan Ibumu ketika menginginkan sesuatu " Ayah ini keinginan Janin yang ada dalam perut Ibu lho" maka tak ada opsi lain bagi ayah untuk menolak, pasti dengan segera Ayah berusaha memenuhinya.
Dari saat
beranjak dan dalam perjalanan untuk bekerja, InsyaAlloh semua diniatkan untuk
beribadah dan membahagiakan kalian, kadang tersungging senyum dalam Do.a membayangkan
dan berharap Ibu serta calon jabang bayi diliputi kesehatan dan kelak lahir
selamat
, kemacetan, debu, asap knalpot, bahkan berjuang menyibak genangan air, berkelok menghindari banjir, bagi Ayah itu bukan penghalang yang berarti nak.....
, kemacetan, debu, asap knalpot, bahkan berjuang menyibak genangan air, berkelok menghindari banjir, bagi Ayah itu bukan penghalang yang berarti nak.....
Lelah yang
sangat selagi bekerja tak lagi dirasa,
pulang malam hal yang lumrah dalam bekerja, makan malam di tempat kerja, tentu tidak senikmat saat hadirnya
kalian didepan mata Ayah.
Saat
bekerjapun, tantangan menjadi bumbunya, resiko kecelakaan di tempat kerja, kena marah atasan, adanya ancaman,
cibiran bahkan fitnah dan ketidakadilan, apa yang membuat Ayah tegar
menerimanya, salah satunya adalah karena kalian, Ayah ingin kalian tumbuh
dalam kebahagiaan, Ayah akan jadi sandaran kalian dan terus berusaha menopang
kalian.
Setelah engkau lahir, perhatian Ayah tercurah untukmu, bahkan kerap membuat Ibumu cemburu, bagaimana tidak, setiap sepulang kerja, hampir pasti yang pertama ditanyakan, mana dan bagaimana putri Ayah`
Engkau mungkin takkan ingat, saat engkau masih kecil, engkau begitu kami sayang, bahkan saat kau teridur, kami tak rela seekor nyamukpun sampai menyentuh tubuhmu, begitu telaten kami membenahi selimut yang tersingkap, begiitu berharganya kau dimata kami hingga rasanya ingin selalu mendekapmu agar kau merasa nyaman dan hangat ditengah-tengah kami, senyuman dan tertawa lepas khas anak kecil mampu meluluhkan rasa cape Ayah, ciuman sayang dari Ayah kettika kau masih bayi atau balita sudah tak tegrhitung jumlahnya, itupun tak mampu melunturkan rangkaian rasa rindu Ayah padamu.
Ingatkah kau nak, setiap ayah akan pergi, bahkan sekedar pergi untuk memotong rambut, kau selalu bergelayut manja untuk ingin diajak pergi, tentu ayah dengan senang hati menuruti kemauanmu nak, ya kau selalu ikut ketika ayah pergi potong rambut.
Ingatkah kau nak, betapa telatennya Ayah, menjawab semua pertanyaan-pertanyaanmu, ketika engkau selalu ingin tahu ketika menemukan hal-hal baru, sebelum rasa penasaranmu terjawab kau akan terus mendesak Ayah untuk menjawabnya, tapi sekarang ketika Ayah berbicara hal-hal yang perlupun, bisa jadi kau pura-pura mendengarkan, atau terkesan cuek, lebih parah lagi, bisa jadi kau menganggap Ayah terlalu cerewet.
Tahukah kau nak, ketika engkau demam atau batuk, setiap erangan dan letupan batukmu, bagi kami itu adalah hal yang sngat mengkhawatirkan, ingatkah kau nak ketika engkau terjatuh disebuah taman hingga mengakibatkan kepalamu bersimbah darah, Ayah dengan segera membopongmu, bersama Ibumu berboncengan menuju klinik,, saat itu Ayah begitu khawatir teramat sangat akan keadaanmu, Ayah begitu telaten melihat engkau dijahit oleh Dokter, sedangkan kau masih terkulai lemah masih dalam dekapan Ayah.
Ayah sadar semakin kau tumbuh besar, secara alami kau tak lagi selalu ingin dekat dengan Ayah, bisa jadi kau semakin risih bersanding dengan Ayah, lambat laun Ayah akan kehilangan kedekatan dan keceriaan masa kecilmu nak, , tapi tahukah kau nak, kasih sayang Ayah dan tentu Ibumu dipastikan takkan pernah lekang oleh waktu, kau tumbuh semakin besar, tak mungkin lagi ayah menggendongmu, meninabobokanmu, sekarang ketika Ayahmu pergi, jangankan untuk ikut sekedar bertanya kemana Ayahmu pergipun tak kau ucapkan, kau lebih terhibur dengan teman setiamu seperti HP, mendengarkan musik dari artis idolamu, asyik mengurung dikamar, biarlah anak perempuanku sudah tumbuh remaja, sosok Ayah tak sepenting ketika dulu sekedar belajar berjalan kau teriak meminta Ayah untuk menuntunmu, atau ketika kau belajar bermain sepeda antara berani dan takut kau selalu meminta Ayah memegangi dan menjaga laju sepeda ikut berjalan bahkan berlari terengah menjagamu.`
Sebagai lelaki condong punya sikap ego, kerap menutupi perasaan yang sesungguhnya, Ayah sangatlah sayang pada anak-anak, walau perasaan itu tersamar dalam diam, tidak seperti ibumu rasa sayangnya pada anak spontan terlihat.
Tanggung jawab ayah tidak hanya sampai saat berhentinya dunia ini nak, kepemimipinan Ayah dalam keluarga, kelak akan dipertanggungjawabkan di depan Sang Maha Kuasa
Kalian anak-anakku adalah investasi bergulir yang sangat berharga, sekarang dan kelak jika Ayah tiada, Ayah harap engkau menjelma jadi anak yang soleh dimana doanya akan tetap mengalir untuk kedua orangtuamu.
Saat kau diajak mananam pohon kayu atau buah, Ayah selalu selingi dengan nasihat, Anakku apa yang kita tanam saat ini bisa jadi belum kita nikmati saat ini, tapi suatu saat pohon ini, pasti memberikan manfaatnya dan kita rasakan hasilnya nanti, setidaknya kita ikut berperan berkontribusi menciptakan udara yang bersih, lingkungan yang sejuk dan hijau, tidak hanya kita yang merasakan orang lainpun bisa merasakan faedahnya.
Nak, ingatkah kau ketika engkau diajak Ayah untuk pergi mencari barang dagangan, ketika ayah melihat atau bersua dengan orang lain, dengan latar belakang profesi apapun, ayah tak bosan menasihatimu, untuk senantiasa berlaku hormat, terlebih terhadap yang lebih tua, ingat nak kebenaran datang bisa dari siapa saja dan ditunjukan oleh siapa saja, intinya jangan pernah merasa lebih dan merendahkan orang lain, belajarlah dari yang tersurat maupun yang tersirat.
Ayah bangga punya putri seperti ananda, kau perempuan tangguh, dari kecil kau tegar dan selalu ceria, lama kau berkubang bersama Ayah dan Ibu dalam suasana prihatin, selama itu pula kau telah menunjukan bahwa kau bukan putri ayah yang lembek, tahukah kau nak sikapmu itulah yang membuat api semangat ini terus menyala.
Nak, Ayah tak menuntut banyak darimu, Ayah tak akan memaksakan dirimu untuk tampil menjadi seorang siswa yang selalu memiliki nilai akademis yang cemerlang, karena Ayah yakin semua insan yang diciptakan Tuhan pasti punya kelebihan, silahkan kau endus apa yang menjadi bakat, kelebihan dan kegemaranmu, jika kau sudah dapatkan itu asahlah kemampuan itu, rentangkan tali busurmu, melesatlah tanpa keraguan, lurus menuju sasaran bidikmu, sementara ayah dan ibumu sekuat tenaga slalu siap mengawal tujuan muliamu.
Nak, saat beranjak remaja saja, Ayah dan Ibumu sudah banyak kehilangan kedekatan masa kecilmu, apalagi ketika kau sudah menjadi seorang istri, anak menantu ayah lebih berhak atas dirimu, kepatuhanmu terhadap suami, lebih penting dibandingkan kepatuhanmu pada ayah, kebersamaanmu bersama Ayah laksana dirampas, Ayah cuma berharap, moga kau tidak terlalu mudah melupakan ayah, suatu saat nanti kemtika ayah dan ibumu semakin renta, ketika mendengar telepon berdering, pasti sangat berharap itu adalah telpon dari anak-anaknya, bisa jadi sekedar mengangkat telpon saja Ayah dan Ibumu berebutan, dalam kesepian dan hanya ditemani memori masa kecilmu dan ruangan atau benda yang dulu kau selalu bersamanya, kami akan selalu digelayuti rasa rindu bertemu denganmu, percayalah nak, dalam masa-masa itu untaian doa dan harapan baik akan senantiasa kami hadiahkan untukmu.
Nak ingatlah tatkala kita sekeluarga melewati deretan rumah rumah cantik disebuah perumahan Ayah dan ibumu suka bercanda, tuch nak bakal rumahmu nanti, tolong kalo Ayah atau ibumu mau main kesana, sambut kami ya nak, seperti bahagianya kami saat menyambutmu pulang sekolah, please jangan acuhkan kehadiran kami.
Semoga baktimu terhadap orangtua, menjadi penyelamat dan jadi pembuka keridhoan Tuhan, serta menghantarkanmu menjadi sosok yang sukses, bahagia dunia akhirat.ĺ
Ada Ibu Negara, tak ada Bapak Negara
Ada Ibukota tak ada Bapak kota
Ada hari Ibu, tak ada hari Ayah, kalaupun ada gaungnya tak seheboh hari Ibu
Kalo suaminya jadi Lurah bisa dipastikan istrinya dipanggil Bu Lurah, kalo sebaliknya belum tentu
Ada Ibu jari, tak adalah Bapak jari.
Setelah engkau lahir, perhatian Ayah tercurah untukmu, bahkan kerap membuat Ibumu cemburu, bagaimana tidak, setiap sepulang kerja, hampir pasti yang pertama ditanyakan, mana dan bagaimana putri Ayah`
Engkau mungkin takkan ingat, saat engkau masih kecil, engkau begitu kami sayang, bahkan saat kau teridur, kami tak rela seekor nyamukpun sampai menyentuh tubuhmu, begitu telaten kami membenahi selimut yang tersingkap, begiitu berharganya kau dimata kami hingga rasanya ingin selalu mendekapmu agar kau merasa nyaman dan hangat ditengah-tengah kami, senyuman dan tertawa lepas khas anak kecil mampu meluluhkan rasa cape Ayah, ciuman sayang dari Ayah kettika kau masih bayi atau balita sudah tak tegrhitung jumlahnya, itupun tak mampu melunturkan rangkaian rasa rindu Ayah padamu.
Ingatkah kau nak, setiap ayah akan pergi, bahkan sekedar pergi untuk memotong rambut, kau selalu bergelayut manja untuk ingin diajak pergi, tentu ayah dengan senang hati menuruti kemauanmu nak, ya kau selalu ikut ketika ayah pergi potong rambut.
Ingatkah kau nak, betapa telatennya Ayah, menjawab semua pertanyaan-pertanyaanmu, ketika engkau selalu ingin tahu ketika menemukan hal-hal baru, sebelum rasa penasaranmu terjawab kau akan terus mendesak Ayah untuk menjawabnya, tapi sekarang ketika Ayah berbicara hal-hal yang perlupun, bisa jadi kau pura-pura mendengarkan, atau terkesan cuek, lebih parah lagi, bisa jadi kau menganggap Ayah terlalu cerewet.
Tahukah kau nak, ketika engkau demam atau batuk, setiap erangan dan letupan batukmu, bagi kami itu adalah hal yang sngat mengkhawatirkan, ingatkah kau nak ketika engkau terjatuh disebuah taman hingga mengakibatkan kepalamu bersimbah darah, Ayah dengan segera membopongmu, bersama Ibumu berboncengan menuju klinik,, saat itu Ayah begitu khawatir teramat sangat akan keadaanmu, Ayah begitu telaten melihat engkau dijahit oleh Dokter, sedangkan kau masih terkulai lemah masih dalam dekapan Ayah.
Ayah sadar semakin kau tumbuh besar, secara alami kau tak lagi selalu ingin dekat dengan Ayah, bisa jadi kau semakin risih bersanding dengan Ayah, lambat laun Ayah akan kehilangan kedekatan dan keceriaan masa kecilmu nak, , tapi tahukah kau nak, kasih sayang Ayah dan tentu Ibumu dipastikan takkan pernah lekang oleh waktu, kau tumbuh semakin besar, tak mungkin lagi ayah menggendongmu, meninabobokanmu, sekarang ketika Ayahmu pergi, jangankan untuk ikut sekedar bertanya kemana Ayahmu pergipun tak kau ucapkan, kau lebih terhibur dengan teman setiamu seperti HP, mendengarkan musik dari artis idolamu, asyik mengurung dikamar, biarlah anak perempuanku sudah tumbuh remaja, sosok Ayah tak sepenting ketika dulu sekedar belajar berjalan kau teriak meminta Ayah untuk menuntunmu, atau ketika kau belajar bermain sepeda antara berani dan takut kau selalu meminta Ayah memegangi dan menjaga laju sepeda ikut berjalan bahkan berlari terengah menjagamu.`
Sebagai lelaki condong punya sikap ego, kerap menutupi perasaan yang sesungguhnya, Ayah sangatlah sayang pada anak-anak, walau perasaan itu tersamar dalam diam, tidak seperti ibumu rasa sayangnya pada anak spontan terlihat.
Tanggung jawab ayah tidak hanya sampai saat berhentinya dunia ini nak, kepemimipinan Ayah dalam keluarga, kelak akan dipertanggungjawabkan di depan Sang Maha Kuasa
Kalian anak-anakku adalah investasi bergulir yang sangat berharga, sekarang dan kelak jika Ayah tiada, Ayah harap engkau menjelma jadi anak yang soleh dimana doanya akan tetap mengalir untuk kedua orangtuamu.
Saat kau diajak mananam pohon kayu atau buah, Ayah selalu selingi dengan nasihat, Anakku apa yang kita tanam saat ini bisa jadi belum kita nikmati saat ini, tapi suatu saat pohon ini, pasti memberikan manfaatnya dan kita rasakan hasilnya nanti, setidaknya kita ikut berperan berkontribusi menciptakan udara yang bersih, lingkungan yang sejuk dan hijau, tidak hanya kita yang merasakan orang lainpun bisa merasakan faedahnya.
Nak, ingatkah kau ketika engkau diajak Ayah untuk pergi mencari barang dagangan, ketika ayah melihat atau bersua dengan orang lain, dengan latar belakang profesi apapun, ayah tak bosan menasihatimu, untuk senantiasa berlaku hormat, terlebih terhadap yang lebih tua, ingat nak kebenaran datang bisa dari siapa saja dan ditunjukan oleh siapa saja, intinya jangan pernah merasa lebih dan merendahkan orang lain, belajarlah dari yang tersurat maupun yang tersirat.
Ayah bangga punya putri seperti ananda, kau perempuan tangguh, dari kecil kau tegar dan selalu ceria, lama kau berkubang bersama Ayah dan Ibu dalam suasana prihatin, selama itu pula kau telah menunjukan bahwa kau bukan putri ayah yang lembek, tahukah kau nak sikapmu itulah yang membuat api semangat ini terus menyala.
Nak, Ayah tak menuntut banyak darimu, Ayah tak akan memaksakan dirimu untuk tampil menjadi seorang siswa yang selalu memiliki nilai akademis yang cemerlang, karena Ayah yakin semua insan yang diciptakan Tuhan pasti punya kelebihan, silahkan kau endus apa yang menjadi bakat, kelebihan dan kegemaranmu, jika kau sudah dapatkan itu asahlah kemampuan itu, rentangkan tali busurmu, melesatlah tanpa keraguan, lurus menuju sasaran bidikmu, sementara ayah dan ibumu sekuat tenaga slalu siap mengawal tujuan muliamu.
Nak, saat beranjak remaja saja, Ayah dan Ibumu sudah banyak kehilangan kedekatan masa kecilmu, apalagi ketika kau sudah menjadi seorang istri, anak menantu ayah lebih berhak atas dirimu, kepatuhanmu terhadap suami, lebih penting dibandingkan kepatuhanmu pada ayah, kebersamaanmu bersama Ayah laksana dirampas, Ayah cuma berharap, moga kau tidak terlalu mudah melupakan ayah, suatu saat nanti kemtika ayah dan ibumu semakin renta, ketika mendengar telepon berdering, pasti sangat berharap itu adalah telpon dari anak-anaknya, bisa jadi sekedar mengangkat telpon saja Ayah dan Ibumu berebutan, dalam kesepian dan hanya ditemani memori masa kecilmu dan ruangan atau benda yang dulu kau selalu bersamanya, kami akan selalu digelayuti rasa rindu bertemu denganmu, percayalah nak, dalam masa-masa itu untaian doa dan harapan baik akan senantiasa kami hadiahkan untukmu.
Nak ingatlah tatkala kita sekeluarga melewati deretan rumah rumah cantik disebuah perumahan Ayah dan ibumu suka bercanda, tuch nak bakal rumahmu nanti, tolong kalo Ayah atau ibumu mau main kesana, sambut kami ya nak, seperti bahagianya kami saat menyambutmu pulang sekolah, please jangan acuhkan kehadiran kami.
Semoga baktimu terhadap orangtua, menjadi penyelamat dan jadi pembuka keridhoan Tuhan, serta menghantarkanmu menjadi sosok yang sukses, bahagia dunia akhirat.ĺ
Ada Ibu Negara, tak ada Bapak Negara
Ada Ibukota tak ada Bapak kota
Ada hari Ibu, tak ada hari Ayah, kalaupun ada gaungnya tak seheboh hari Ibu
Kalo suaminya jadi Lurah bisa dipastikan istrinya dipanggil Bu Lurah, kalo sebaliknya belum tentu
Ada Ibu jari, tak adalah Bapak jari.
"BERAT RINGANNYA PERAN ORANGTUA, BARU AKAN TERASA SAAT KAU MENJADI ORANGTUA KELAK"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar