Oleh Tri Wahyudi 150710
Lho kok aneh to, masa mimpi aja mesti pakai berani, bukannya mimpi itu tanpa diundangpun akan hadir menghiasi atau bahkan mengusik tidur kita? Iya sich kalau mimpinya mimpi biasa ya begitulah adanya, lha wong kalau dia datang saja, esoknya kita lupakan koq, tapi mimpi yang ini lain man... mimpi kita kali ini kita hubungkan dengan angan-angan atau cita-cita kedepan.
Sekarang pak lik mau tanya, mau nda kalau sampeyan suatu saat jadi pengusaha atau apa itu konglomelarat, e,eeh konglomerat?, jawabannya mesti mau to, atau paklik tanya lagi, kira-kira kamu mau nda suatu saat jadi direktur yang memimpin perusahaan? masuk kantor diantar si supri ( supir pribadi ), buka pintu sudah disalami bawahannya, masuk ruangan segala sesuatunya sudah disiapin sekretarisnya yang sexsi, ngomong sedikit saja pasti bikin anak buahnya manggut-manggut, apalagi kalau sampai bikin dia marah, walah-walah bisa bikin bawahannya dredeg ( You know is the meaning dredeg?, dredeg is gemeteran ), jawabannya juga mesti mau to.
Nah sekarang pak lik serius nich, yang penting itu bukan jadi direkturnya atau pengusahannya tapi adalah proses kearah itu, apa yang siap kita bayarkan untuk itu, karena kita telah bertransaksi dan berkeinginan untuk menjadi seorang besar, maka dibutuhkan tindakan-tindakan besar pula, gampangnya begini aja kalau anda mau barang mewah, tentu uang yang harus kita bayarkan juga lebih mahal, karena kenyataannya hanya untuk sekedar bermimpi banyak orang yang enggan, apa penyebabnya? Karena orang tersebutlah yang membatasi keinginannya, sehingga jangankan untuk mencoba, diajak untuk maju atau berubahpun orang-orang seperti ini cepat-cepat menjawab, “ ogah ah, maraih repot tok, aku iki wis koyo ngene ya tetep koyo ngono”
sudah sering toh kita mendengar kata-kata bijak;
“banyak orang yang tidak bisa hanya karena tidak mau mencoba”, ingat apa yang kita pikirkan adalah kenyataan yang bisa kita raih, seperti apapun kondisi anda sadarilah takkan pernah lepas nilai anda sebagai manusia ( yang dianugrahi budi pekerti dan akal pikiran ) anda dianugrahi modal besar oleh Tuhan untuk leluasa bertindak, berpikir, berinovasi dan berubah menjadi lebih baik.
Ingat prinsip 4B :
Berani mencoba.
berani berjuang.
Berani gagal.
Berani sukses.
Untuk lebih lebih santainya nyok kita simak KISAH BERIKUT INI.............
Disebuah desa yang cukup terpencil, ada satu sekolah SD, kebetulan sekolah itu berada di lereng sebuah bukit yang hijau, siang itu sebagaimana layaknya sekolahan suara-suara murid dan guru yang sedang belajar mengajar terdengar khas ditelinga, suatu hari Pak guru melontarkan pertanyaan pada murid-muridnya, anak-anak, sekarang coba tuliskan pada buku kalian, apa cita-cita kalian kelak? Setelah kalian menuliskannya, nanti Pak guru akan menanyakan pada kalian satu persatu, sesaat Pak guru memberikan perintah itu, segera para murid menuliskan cita-citanya, walau ada pula yang kelihatan bingung dan berat menuliskannya, adapula yang menulisnya sambil senyum-senyum seakan dia tengah memerankan orang yang sedang dicita-citakannya.
Gimana sudahkah kalian selesai menulis cita-cita kalian, baik kalau sudah selesai, bapak akan mencoba bertanya satu persatu pada kalian, Bedu....., apa yang kau tulis dibukumu, kamu mau jadi apa nak?, bedu yang sedari tadi melamun terhenyak kaget, e..h saya mau jadi Jendral Pak Guru, bagus kelihatannya cita-cita itu cocok buatmu, kamu selama ini terlihat disiplin, badanmu cukup kekar dan suka olah raga, makanya teruslah giat belajar, “jangan menunggu tapi kejarlah cita-citamu”.
berikutnya Pak Guru bertanya pada Susan. Susan apa cita-citamu?, saya mau jadi Dokter Pak Guru, kenapa kamu mau jadi Dokter nak? Biar bisa suntik orang sakit Pak, Susan senang kalau lihat dokter sedang bekerja. Mereka hebat bisa menyembuhkan banyak orang, h..m.m cita-cita yang mulia, Pak Guru menimpali, bagus susan kelak kau pasti bisa meraihnya, saat tiba giliran pada anak yang bernama Arman, Arman anak seorang buruh petani kecil, orang tuanya kerja serabutan, dari ladang yang satu keladang yang lain bekerja membantu petani kaya yang punya lahan luas, untuk menyekolahkan Arman orang tuanya kadang kebingungan saat harus membayar iuran sekolah, bahkan seragam sekolahpun orang tuanya tak sanggup membelikannya, seperti saat ini ketika ditanya Pak Guru diapun menggunakan baju seragam yang sudah penuh tambalan, Arman cita-citamu apa?, tanya Pak Guru, dengan penuh keyakinan ditatapnya wajah Pak Guru sambil menjawab, “ suatu saat saya ingin punya rumah yang indah dan besar, berdiri diatas bukit sana, pekarangannya luas dan punya kebun yang banyak, sehingga jika panen nanti, penduduk sekitar sini bisa menikmati hasil panen saya, saya ingin keluarga besar saya bisa berkumpul dan bahagia mengisi rumah besar saya, Pak Guru, mendengar jawaban yang kedengaran aneh buat murid yang lain, sontak seisi kelas riuh mengejek cita-cita Arman, H..uhh mana mungkin arman cita-citamu terlalu tinggi, mimpi kali... ha..ha..ha, makanya kalau sekolah bawa cermin biar tahu siapa kamu, ejek rizal murid yang paling bandel dikelas itu, tidak cukup rizal, Pak Guru pun ikut sinis mendengarnya Arman benar yang dikatakan Rizal nampaknya cita-citamu salah arah, keinginanmu tarlalu tinggi Arman atau bisa dikatakan kamu tengah terbuai mimpi, jadi sekarang ganti cita-citamu yang telah kau tuliskan tadi dengan yang lain, Arman menyahut, maaf Pak Guru aku tidak akan pernah mau mengganti cita-cita ini, karena orang tuaku pun sangat mendukungnya, bukankah menjadi orang yang banyak memberi dan dibutuhkan orang lain, itulah orang yang sesungguhnya sukses, itulah yang diajarkan ayah padaku, mendengar jawaban lugas Arman, Pak Guru pun menjadi naik emosinya, “ dasar anak keras kepala pokoknya bapak tidak mau tahu kalau kau tak bisa merubahnya sekarang, besok pagi kau harus membawa buku yang kau tulis tadi, dan pastikan cita-citamu yang nyleneh tadi sudah dirubah, Arman hanya tertunduk lesu, tak berani berkata apa-apalagi, dadanya berdegup kencang pokonya dia telah bertekad apapun yang terjadi dia tidak akan pernah meruntuhkan tekadnya.
Esok harinya pagi-pagi sekali, Pak Guru sudah berada didepan kelas , Ketika Arman tiba, langsung dihampirinya Arman, Arman coba Bapak lihat bukumu, apa kau sudah merubah cita-citamu, Arman pun menyahut sambil menyodorkan buku yang dimaksud, “ ini Pak”, dengan tergesa Pak guru pun segera mengambil buku itu, dengan wajah penasaran di bukanya buku Arman, tak berapa lama matanya melotot, Arman kenapa kau belum merubah cita-citamu, berani yah melawan gurumu!, maaf Pak tekad saya sudah bulat dan tak ada yang bisa memupuskan impian saya, huh dasar murid keras kepala, baik sekarang kamu tak boleh masuk kelas silahkan sekarang kau pulang, dan teruskan mimpimu itu dirumah, Pak guru berkata demikian sambil membanting buku milik Arman, murid-muris lain yang menyaksikan kejadian itu, ikut berteriak h..u..uh dasar pemimpi, baju aja penuh tambalan sok berlaga mau jadi orang kaya, dengan senyum getir Arman berlalu dari sekolahan.
27 tahun berlalu, ketika SD tempat Arman dulu sekolah, akan mengadakan acara tour diputuskan tour kali ini adalah ke daerah Cibodas-Puncak, Anak-anak kali ini sengaja kita mengadakan tour ke daerah tersebut, karena nanti disana kita akan menjumpai pemandangan yang indah, selain itu kita juga akan belajar banyak tentang bagaimana cara menanam tanaman buah, bunga maupun sayuran yang baik sehingga bisa memperoleh hasil yang maksimal, kerenanya rencananya nanti kita akan mengunjungi kebun wisata milik seorang pengusaha agrobisnis yang sukses, singkat cerita sampailah rombongan mereka di Cibodas, hamparan kebun teh demikian elok, sungai-sungai kecil meliuk-liuk membelah perkebunan teh, dengan airnya yang jernih, deretan villa yang tertata rapi, belum lagi ada arena wisata yang dilengkapi dengan kolam renang dan aneka permainan anak-anak, membuat semua peserta rombongan begitu ceria, sampai akhirnya acara berkunjung ke kebun wisata pun tiba, sebelum memasuki area kebun yang begitu luas, seorang pemandu wisata mengarahkan rombongan untuk memasuki sebuah rumah yang besar dan megah tempat pemilik atau pemimpin kebun wisata itu tinggal, Rombongan yang dipimpin Pak Guru Dani pun memasuki teras rumah, tak lama kemudian. Seorang anak muda keluar dari dalam rumah didampingi pegawainya yang mengiringi dari belakang, dengan senyum yang ramah diapun menyambut tamu rombongan wisata itu, saat ia menyodorkan tangannya dan yang ada didepannya adalah sosok yang sangat ia kenal, kagetlah pemuda itu, Pak Guru, eh benarkan ini Pak Guru Dani, dengan penuh hormat, dipeluknya Pak guru yang sekarang wajahnya sudah terlihat tua, dengan terbata Pak Dani pun berkata A..a.rm. an, Betulkah itu kau nak ( dalam benak Pak Dani sosok pemuda ini terlihat gagah dan bersih masih belum yakin benar bahwa dia adalah Arman ), Pak dani pun berpaling pada pemandu wisata yang berada di belakang Arman, Pak tolong antarkan kami pada pemilik kebun wisata ini, pemandu wisata pun menjawab permintaan Pak Dani sembari tersenyum, Pak Bapak tidak perlu mencari pemilik kebun ini, Bapak inilah pemiliknya, pemandu wisata berkata demikian sambil menunjuk hormat pada Arman, betulkah yang dikatakan orang tadi Arman? Atau Bapak sedang bermimpi?, tidak Pak Bapak tidak sedang bermimpi, atas anugrah Tuhan kebun wisata ini memang milik saya, anak seorang petani miskin yang berasal dari desa terpencil, Arman Maafkan Bapak Nak, dulu Bapak begitu buruk memperlakukan kamu, bahkan telah melecehkan cita-citamu, tapi kali ini Bapak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, impianmu memang benar tidak hanya sekedar mimpi belaka, Bapak malu nak, Bapak tidak perlu meminta maaf atas peristiwa dulu, justru berawal dari kejadian itu dan ejekan teman-teman dulu. Sungguh jadi vitamin gratis buat saya untuk tetap teguh mengepalkan tangan, tak boleh mundur selangkahpun untuk mengejar cita-cita saya, apalagi orang tua saya selalu menanamkan, kata-kata bijaknya, nak sekarang hanya untuk makan saja, kita harus bekerja keras mencari pekerjaan diladang milik orang, suatu saat kita harus berada pada posisi leluasa untuk memberi dan memberikan kemudahan pada orang lain, jadi selayaknya saya tetap harus berterima kasih pada Pak Guru, kau memang anak yang luar biasa Arman, mempunyai pendirian yang teguh dan berkemauan keras, kini kau telah jadi pengusaha agrobisnis yang terkenal kesuksesannya, bahkan tadi aku sempat mendengar penjelasan dari pegawaimu, hasil tanaman sayuran, buah-buahan dan bunga dari kebun yang sedemikian luas, selain untuk menyuplai kebutuhan lokal, juga sudah mampu diexpor, bahkan tenaga kerja yang ditampung disini berjumlah lebih dari lima ratus orang.
Itulah sepenggal cerita sederhana, semoga dengan adanya kisah diatas mampu memotivasi kita, untuk mampu menjadi manusia yang siap berubah menjadi lebih baik dari waktu-ke waktu dan JANGAN PERNAH TAKUT UNTUK BERMIMPI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar