Jauh sebelum kemunculan dan boomingnya lagu CINTA SATU MALAM yang dipopulerkan oleh penyanyi Melinda ( bukan Mal**da D** ) yang tenar karena jadi tersangka kasus korupsi plus heboh dengan operasi payudaranya dan sempat jadi bahan kontroversi, karena saat ia sakit setelah dinyatakan sebagai tersangka konon biayanya ikut ditanggung Negara .
Sepuluhan tahun yang lalu, Aku seorang pemuda lajang sebutlah bernama Alex, pernah menjadi seorang aktor / pelaku dalam kisah nyata yang sangat pas jika dikasih judul CINTA SATU MALAM.
Saat ia rebahan berselimut sepi, sambil terkadang diselingi senyum kecil, oh.h nampaknya ia sedang berupaya menghibur diri dalam kesunyiannya, dengan cara mencoba termenung mendeskripsikan dirinya, yach aku bukanlah seorang pemuda macho layaknya artis tenar, bukan pula seorang model yang wara-wiri tampil jadi bintang iklan, tapi aku adalah pemuda dari kalangan pekerja biasa, berkantung pas-pasan, tradisi duit cekak akrab membelitnya, soal wajah sich bisa dibilang lumayan ( nyombong dikit ach ), kata orang ( entah orang yang mana?), Aku punya aura dan daya pikat lumayan kuat, setidaknya ini terbukti, suatu kali saat dia berdesakan di mobil omprengan dalam kesempitan itu, dia sempat berkenalan sama cewek, spontan (tahu sadar apa nggak), sang cewek berkata wow kamu ganteng, hitam manis kayak artis India, karuan saja, Alex yang selama ini kering akan pujian apalagi pujian itu diucapkan langsung sama cewek didepan mukanya, pikirannya langsung melambung terisi bintang-bintang yang berterbangan, senyum khayalan tingkat tinggi merekah, kebengongannya tersentak tatkala si kenek berteriak pangkalan 3 siap-siap yang mau turun, ya ampyun aku kebablasan keluh alex, he..he..he mestinya dia turun di pangkalan 2 dalam batin dia bergumam hm.m benar juga kata-kata yang sering diucapkan Om Tukul " Pujian terkadang jadi teror yang membutakan".
Pagi menyingsing, Alex singkapkan selimut, rasa kantuk beraroma kemalasan yang sedari tadi hinggap ia enyahkan, sekedar mencoba sedikit berkompromi dengan magnit rasa malas, iseng-iseng ia menghitung mundur dari 20,19,18,17 .........1 Go!, serta merta Alex meloncat, dilipatnya kasur tipis buluk, hm tugasmu selesai sampai disini, berikutnya aku harus bersegera bersiap-siap, menunaikan tugas suci, untuk bekerja dan mencari nafkah, sambil bersiul kecil disambarnya handuk lusuh yang bertengger di tali jemuran khas anak kontrakan, byur suara air yang ditumpahkan dari gayung mulai membasahi seluruh tubuhnya, hm.m dingin tapi segarnya luar biasa, tak membutuhkan waktu lama, selesailah ritual mandi, sejenak dia melihat ke arah jam, busyet ini jam nggak ada capenya apa bergerak, tahu-tahu sudah jam 06:00, setelah puas berdandan di depan cermin, ia pun keluar kontrakan untuk berburu mencari sarapan,sekejap satu bungkus nasi uduk pun sudah mampir di tangannya, ia pun kembali kekontrakan, sambil nonton siaran berita pagi yang jadi faforitnya, soalnya banyak suguhan sandiwara politik yang kadang kelucuannya mengalahkan tontonan lawakan, benar-benar menghibur sekaligus mengharukan ..........
Oh, nampaknya waktu memang tak pernah mau kompromi, dengan sedikit sinis dipelototinya jarum jam yang tergantung di dinding, dengan tangkas disambarnya sepatu hitam yang teronggok di rak plastik,, diusapnya sebentar sepatu itu untuk mengusir debu yang menginap di atasnya, sudah terlihat lusuh memang, maklum jarang disemir, dikuncinya pintu kontrakan, basa-basi ia sapa setiap tetangga yang di temuinya, langkah kakinya sedikit cepat, wah mesti buru-buru nich, 20 menit lagi Kereta api listrik langgananku tiba, di stasiun kecil ini, tempat biasa aku start untuk berangkat kerja ke Jakarta, setiap pagi dan sore stasiun ini terlihat ramai, mayoritas di penuhi para pekerja, yang berangkat dan pulang kerja, berdesakan di kereta sudah jadi bumbu harianku, kereta sebagai alat transportasi masal dan cukup terjangkau, bagiku tidak hanya sekedar sebagai media transportasi, tapi sekaligus menelurkan segudang cerita seru didalamnya, bagaimana kita berebut tempat duduk dan ruang kosong, beraneka type pengamen dengan berbagai jurusnya mudah kita temui disini, melihat cara kerja copet bahkan ketika mereka berhasil babak belur / ditangkap petugas ataupun massa, tak ketinggalan adalah pemandangan cewek-cewek cakep ( karyawati ), yang mampu mengusir kejenuhan dan keusangan perjalanan.
Tak munafik, Alekpun mengakui hal yang cukup menyenangkan adalah tatkala disekelilingnya, banyak penumpang cewek, hu..ft suasana dinginnya pagi bisa berubah hangat seketika, saking seringnya bertemu di tempat dan jam yang sama, jadilah ada beberapa cewek yang kenal dan dekat dengannya, hai Nin sok akrab alexpun menyapa cewek yang beruntung kebagian tempat duduk tak jauh darinya, "sial Nin dua hari ini aku nggak pernah kebagian tempat duduk", Nina pun menjawab sekenanya " emang enak, makanya kalau naik itu mending langsung dari stasiun Bekasi ( tempat pemberangkatan pertama ), jadikan enak bisa sandaran bahkan bisa sambil bobo kayak begini ucapan Nina diakhiri dengan sikap manjanya, yach ngledek loe Nin pakai pura-pura tidur lagi, bukannya dibawa ngobrol biar ga suntuk, ogah ach Nina menjawab cuek, dengan sedikit jengkel akupun menjawab dengan lebih ketus, ya sudah aku mau pindah kedepan aja, di sono tuch ada yang kosong, sebelum ia pindah, langkahnya terhenti ketika satu tangan yang lembut menahan dan menggenggam tangannya, ich Mas ini ada-ada aja, sensitif banget sich, Nina khan cuma bercanda, pasti ini gara-gara tadi pagi ga sempat sarapan lagi yach, bodo sarapan kek nggak kek perut-perut gua ngapain loe ikut mikirin, nggak berapa lama penumpang yang duduk di sebelah Nina turun dari kereta, akupun kembali mengoda Nina, " Tuan putri bolehkah hamba duduk disamping tuan putri?, nggak boleh engkau khan hanya seorang pengawal, tuan putrimu hanya pantas bersanding dengan sang pangeran, tak mau kalah Alex pun menjawab, saat ini bolehlah statusku hanya seorang pengawal tapi dengan kerja keras dan kerja cerdas suatu saat aku pasti bisa menjadi seorang Pangeran yang berhasil memikat dan mendampingimu, udah dech buruan duduk sini, kalau kelamaan nanti keburu diserobot orang, akhirnya keduanya pun terlibat obrolan intim, sayang suasana ini tak bisa berlangsung lama, soalnya Alex harus turun lebih dulu di stasiun kramat sedangkan Nina turun di stasiun kampung bandan, Gue turun duluan Nin....oh ya Mas dach ...., besok biasa gerbong dua yach, OK dech tukas Alex sambil mencubit pipi Nina yang ngegemesin.
Alex juga nggak tahu kisah dengan Nina berakhir begitu saja, tanpa ada kata putus, mungkin ini yang disebut TTM (Temen Tapi Mesra), enta........ah..lah.
Alex juga nggak tahu kisah dengan Nina berakhir begitu saja, tanpa ada kata putus, mungkin ini yang disebut TTM (Temen Tapi Mesra), enta........ah..lah.
Aku perhatikan beberapa hari ini, ada sesuatu yang berbeda dari stasiun yang berada dekat dengan hotel tempatku bekerja, segerombolan cewek-cewek ABG terlihat asyik kongkow-kongkow, sambil ngobrol kadang diselingi cekikikan dan tertawa riang, apalagi tempat mereka mangkal persis berada di area pintu keluar stasiun, jadilah para penumpang kereta yang berhenti disini, sebagian besar melewati kerumunan mereka, tentu termasuk aku, hm.m tanpa malu harus akui kalau nglewatin kerumunan cewek ada rasa grogi yang menghinggap apalagi cewek-cewek abg khan suka spontan sekaligus usil apalagi kalo jumlah mereka banyak, lawan aku seorang diri, tentu membuat mereka merasa menang diatas angin, Hai cowok!! godain kita dong ... demi mendengar sapaan mereka nampaknya mentalku belumlah kuat, yang bisa kulakukan cuma tersenyum setengah nyengir kuda saking kikuknya tanpa sanggup untuk berhenti menghampiri yang ada aku ngluyur dan segera beranjak menjauhi mereka.
Sambil berjalan perlahan, kepala alex dipenuhi pikiran dan tanda tanya besar, uh itu cewe-cewe datang darimana yach, koq jadi pada demen nongkrong di stasiun, apalagi sebagian dari mereka masih berseragam sekolah, atau inikah wakil gambaran atau efek kehidupan metropolis di Jakarta, banyak cewek-cewek belia yang lebih cepat matang dibandingkan usia sebenarnya ach tak tahulah sambil berjalan kaki Alex terkadang menendang kerikil-kerikil yang ada di depannya, hm..m gue nggak boleh jadi laki-laki pecundang, besok gue musti berani ntu ngadepin abg-abg, apalagi ada satu diantara mereka yang akhir-akhir ini selalu mengusik tidur gue, lesung pipitnya, senyum dan ketawa renyahnya, oh..h jujur gue udah terpana dibuatnya, syair lagu dangdut menyusup masuk alam bawah sadarnya, " Aduha....i, aduh manisnya membuat hatiku tergila-gila".
Seperti biasa saban pagi, Alex turun di stasiun ini, sejak diatas kereta hatinya udah bedegup kencang, mengalahkan deru mesin kereta, yess!! hari ini gue musti kalahin ntu abg-abg yang sok-sokan, ngegodain gue, saking optimisnya kereta belon berhenti sempurna, Alex udah loncat turun duluan, hup..p dan mendaratlah dengan sempurna, tatapan matanya dengan mantap diarahkan ke ujung stasiun dimana cewe-cewe itu biasa nongkrong, rambutnya yang agak gondrong ia rapihkan dengan satu kibasan tangan, benar saja mereka terlihat berkerumun, hm,,m gue harap gadis incaranku ada diantara mereka, beruntung gadis cantik dan terlihat lincah itu memang ada, dug..dug dadanya berdegup kencang, ada rasa rindu yang membuncah dan siap meletus pagi ini, terserah hari ini gue terlambat masuk kerja, ada yang lebih penting baginya saat ini, yakni menaklukan dan memetik bunga indah itu, dengan langkah mantap dan pandangan tak pernah tertunduk sedikitpun, Alex semakin mendekati keberadaan mereka, begitu sampai didepan mereka dan sebelum mereka sempat mengeluarkan godaan atau katakanlah ucapan-ucapan yang sedikit meremehkan keberanian gue, yang mungkin dimata mereka selama ini gue dianggap cowok lemah yang minim respon, gue dekati dia sedekat-dekatnya, teman-temanya spontan melakukan gerakan seakan mau melindunginya, dengan sigap aku tangkap tangan lembutnya, sembari berucap, " eit maaf nona-nona imut gue kagak ada urusan ama kalian, yang jelas gue ada urusan cuma ama dia seorang, jadi tolong jangan ganggu kami yach, beruntung mereka pagi ini bersikap manis, merekapun menjauh dari keberadaan kami berdua, tapi tetep aja ada yang nyeletuk, " ya udah dech pagi ini emang spesial buat kalian berdua, itu juga yang diharapkan sama rita", sambil masih menggenggam ujung jari-jari lentiknya (bersyukur kagak ada sikap penolakan darinya), Alexpun memulai percakapannya, " jadi praktis dach kagak usah kenalan, jadi namamu Rita khan?, ia pun menjawab lirih he..eh mas, ih..h kamu koq jadi berubah lembut banget, biasanya kamu yang paling vokal diantara mereka saat katakanlah mengejek atau mungkin pasnya menggoda aku, alexpun melanjutkan ucapannya, saat ini aku tidak perlu kau goda Rita, bukankah ini respon yang kau harapkan dariku, tidak hanya terdiam dan menjauh dari kerumunan kalian, seperti yang selama ini aku lakukan, tidak Rita aku bisa bersikap lebih dari itu, aku juga punya perasaan sebagaimana layaknya laki-laki normal, aku juga butuh cinta, ingin rasanya relung hatiku dihinggapi kelembutan dari seorang gadis, kuakui aku telah terhipnotis oleh kecantikanmu, hari dan malamku menjadi gelisah, dan kegelisahan ini ingin segera kupadamkan mulai saat ini dan hari-hari esok Rita, terserah apakah kau merasakan hal yang sama atau tidak, setidaknya aku telah meluapkan perasaan yang selama ini kupendam, Rita apa jawabanmu atas perasaanku ini?, iya mas akhir-akhir ini Rita juga susah tidur, susah tidur karena apa Rita? banyak nyamukkah?i..ih sambil melepaskan genggaman Alex, bayangan mas itu loch menghantui diriku, sambil garuk pala kagak gatel Alex berkata, " busyet masa gue dianggap hantu, bujug dach, kalo aku hantu kenapa kamu nggak lari sekarang, nggak lach mas, percuma aku lari, kalo mas udah bersemayam dihati Rita, hmm..m jadi deal dech kita klop punya perasan yang sama, tapi sebelumnya bilangin tuch geng-gengmu suruh jangan ganggu kita ya, Iya mas tenang mereka ngedukung habis misi Rita, oh..h jadi selama ini kamu lagi mengemban misi, ngomomg-ngomong misi apa sich?, Rita menimpali mau tau aja atau mau tau bingit, huh bikin penasaran aja, mau tau bingit dech jawab Alex, Rita pun dengan sikap manjanya berkata tapi janji jangan diledek ya, misi Rita adalah menarik perhatian mas, ha..ha..ha berarti pucuk dicinta ulam tiba kita klop kalo begitcu, merekapun dengan riang bergandengan tangan, waduh ngomong-ngomong udah jam 9 nich saya mesti tetep berangkat kerja, i.hh Rita khan belon puas ngobrol mas, kerajinan dech, eit nggak boleh cemberut, lesung pipitmu mangkin ngegemesin tau, aku juga punya tanggung jawab Rita, kerja itu perlu, untuk masa depanku dan mungkin juga kita nantinya, udah dech ntar sore tunggu aku disini, malam nanti kita puas-puasin dech, ok dech mas, entar Rita tunggu disini.
Habis jam kerja, jadilah Alex nyempetin mandi di hotel (mumpung gratis), ditempat ruang ganti karyawan Alex sempet diledekin teman-teman kerjanya, tumben loe lex bel baru berbunyi buru-buru mandi pakai siul-siul segala, wah roman-romannya si Anton sambil berteriak, "wuih temen-temen nich bocah nampaknya lagi dihinggapi virus cinta", rekan yang lain menimpali riuh " asyik ada yang habis jadian bakalan tumpengan nich", dengan sikap cueknya (percuma ngladenin teman kerja yg saban harinya emang suka iseng), mana sisir, pinjem sisirnya ton, Anton dengan candaanya " Lex mau sisir cepe dulu dech" uih becanda melulu kalian saya buru-buru nich disambarnya sisir yang ada di tangan Anton, dioleslah rambutnya pakai zaman dulu pol-polnya minyak rambut gel La**n**r, setelah terlihat klimis, Alex meninggalkan mereka, sorry broe ane buru-buru, kagak ada tumpeng-tumpengan duit gue cekak, kalo mau tuch besok gue traktir nasi uduk disamping hotel dada..ah.
Mendekati stasiun, dari jauh Alex sudah melihat sosok gadis yang sudah menunggunya, cantik nian dia sore ini, bikin gue mankin kesengsem aje, Udah lama Rita, Alex pun menyapanya, Lumayan mas sampai kakinya kesemutan sambil ia mengusap kakinya yang jenjang dan putih, Ach bisa aja kamu Rit, Rit kamu mau aku bawa kemana malam ini? terserah mas aja dech, kemanapun aku kau bawa aku pasrah dech mas, ke bioskop kek atau ke hotel sekalipun Rita siap, ssssst..t jangan ngomong begitu dech masa ke hotel, pamali tau tukas Alex, Alexpun melanjutkan berkata, bagaimana kalo kita ke kafe tenda monas aja, dari sini kita naik metromini ntar turunnya di sekitaran sekretariat negara nach pelan-pelan kita jalan dach, dari sana menuju monas, sepanjang jalannya khan hijau, banyak pohon besar pinggir jalan. setuju nggak Rit, iya dech mas setuju aja, bisa berduaan malam ini aja Rita udah seneng, berangkatlah mereka, menyusuri jalan sekitaran sekretariat negara, tangan mereka seakan tak sedetikpun tak pernah lepas, kebetulan jalannya satu arah, jadi kalo pas setiap nggak ada mobil dari arah belakang, mereka menyelinap dibalik pohon yang memang berjejer sekitar setiap 30 meteran (mungkin bercandaan????), sampai tiba di kafe tenda pun demikian, obrolan hangat dan mesra menghiasi malam mereka. ----> kisah inipun padam begitu saja pada akhirnya.
Enam belas tahun berlalu, kebetulan saat ini aku lagi digandrungi sedikit hobi berkaraoke ria, musik apa aja dach, kagak fanatik sama musik tertentu, Kasidah ok,Dangdut ok, POP ok, Slow rock ok yang penting asyik dan bisa dinikmati, gue mah begitu orangnya.
jadi ingat sama syair lagu:
Malam ini.....i
Malam terakhir bagi kita
Untuk mencurahkan rasa rindu di dada.
Dan seterusnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar