“ Jangan pernah menjadi tua tanpa pernah
menjadi dewasa” (Dom Helder Camara)
Usia tua memang identik dengan
orang yang sudah sarat pengalaman, sudah banyak makan asam garam katanya dan
biasanya orang yang sudah banyak pengalaman mestinya ia mempunyai intuisi dan
kepakaan dalam mengambil langkah dan tindakan, asam garam pengalaman sudah
penuh untuk merajut prestasi, namun jangan salah sangka, sejarah banyak
membuktikan banyak orang muda yang meraih prestasi dan sukses.
Masa muda memang masa yang penuh gairah, romantisme dan mimpi, masa-masa seperti ini justru bisa jadi penghalang untuk meraih kesuksesan terutama bagi yang berpikir, “ ah aku khan masih muda santai aja lach”, “tenang saya masih banyak waktu untuk belajar”, “ach percuma banyak berbuat ujung-ujungnya masih dianggap bau kencur”, singkirkan perasaan-perasaan negatif seperti itu, jangan menunggu sempurna untuk merintis sebuah tindakan dalam rangka menyongsong masa depan.
Patahkan pandangan banyak orang
yang mencap yang muda pasti belum matang, prinsipnya banyaknya bilangan usia
tidak serta merta semakin dewasanya seseorang, seorang muda yang sejak awal
siap menyingsingkan lengan baju, siap berkarya ataupun merintis usaha,
tindakan-tindakannya selalu dibumbui kreatifitas dan sarat prestasi, maka bisa
jadi yang muda bisa lebih dewasa dari seorang tua yang melalui hidupnya dengan
berleha-leha.
Contoh tokoh sukses yang meraih
kesuksesannya di usia muda adalah Bill Gates di usia 25 tahun dia sudah
memberanikan diri dan berhasil menjalin kerjasama dengan perusahaan raksasa
IBM, sepuluh tahun kemudian ia berhasil menciptakan windows versi 3.0 sebagai biang generasi windows
berikutnya, tak lama kemudian ia menjadi jutawan, milyarder hingga sekarang
masuk daftar orang terkaya didunia.
Tiga poin
menjadi muda dan sukses
Pertama :
keberanian mengambil resiko
Kita perlu lepas dari zona
nyaman yang memperdayakan, justru mumpung masih muda keberanian mengambil
resiko adalah salah satu kunci meraih kesuksesan.
Kedua : Fokus pada bidangnya
Ketiga : Menciptakan peluang
sendiri.
Tidak menyia-nyiakan peluang,
tidak bermental menunggu, belajar dari pengalaman dan banyak orang, membangun
jaringan positif dengan siapa saja.
“ Berbahagialah mereka yang
masih muda dan masih berjiwa muda, meski umur sudah tua tapi jiwa tidak boleh
renta, jiwa muda identik dengan optimisme”
Usia muda identik sebagai usia
produktif, sebagian usia ini mempunyai status sebagai pekerja
Nah sebagai pekerja kita harus
terhindar dari 7 ciri toxic employee :
Ciri pertama
: Selalu berpikir negatif (negaholic)
dan pesimis
Kadang ia memiliki ide yang
sebenarnya baik dan progresif tapi bila ditanya pendapatnya ia akan
mengeluarkan seribu satu alasan kenapa ide itu tidak mungkin dijalankan, sibuk
mencari alasan bukan fokus mencari solusi, suka kasak-kusuk di belakang,
intinya ia belum mencoba tapi pikiran negatifnya sudah merasuk duluan.
Ciri kedua :
Jadi duri dalam daging bagi tim
Energi tim banyak terkuras atau
terganjal karena kehadirannya, daripada memikirkan dan melaksanakan ide
kemajuan perusahaan, tindak-tanduknya menimbulkan pola destruktif bagi tim.
Ciri ketiga
: Lebih banyak menjadi biang masalah
ketimbang memberi solusi.
Tak segan melempar masalah dan meninggalkan tim dalam kondisi bingung.
Ciri keempat : Egosentris.
Dalam berbagai situasi, mereka
bisa tampak melontarkan ide cemerlang yang bertujuan demi kepentingan banyak
orang dan perusahaan, namun ujung-ujungnya hanyalah kepentingan dirinya sendiri
yang ia pikirkan.
Ciri kelima
: Emosional
Sikap temperamennya bisa
menjengkelkan banyak orang, bila ditegur atau dikritik ia menjadi sangat
sensitif dan defensif, kritik dinilai sebagai serangan pada dirinya.
Ciri keenam
: Suka menyebarkan gossip dan berita
negatif.
Gosip ia lontarkan mampu mempengaruhi
semangat dan kultur buruk kinerja tim, mudah berprasangka negatif.
Ciri ketujuh
: Tidak pernah bersyukur
Tidak mudah mengungkapkan rasa
syukur akibatnya selalu merasa kurang dan selalu menyalahkan pihak lain, tidak
mudah berintrospeksi diri.
Selain toxic employee ada pula TOXIC LEADER
7 CIRI TOXIC LEADER
Ciri pertama
: Gaya manajemennya dikenal dengan totem
pole management.
Gaya manajemen yang
menginjak-injak, mirip patung totem ala Indian yang bertumpuk membentuk tiang
panjang, yang paling menderita adalah posisi yang paling bawah, sering
diabaikan, dihina dan disepelekan ia menginjak bawahannya dan menjilat
atasannya.
Ciri kedua : Menciptakan atmosfir kerja yang tidak
kondusif.
Hubungan antar karyawan dibuat
menjadi saling mencurigai dan konflik, tingkat kepercayaan individu rendah,
konflik sering diciptakan agar ada kompetisi dan saling sikut antara bawahannya,
ia tak segan memancing di air keruh dan menampilkan dirinya seolah-olah
pahlawan.
Ciri ketiga : Senang dengan loyalitas buta (blind
loyality)
Ia senang dengan karyawan yang
tidak banyak mempertanyakan kebijakannya, ia tidak senang dengan sikap kritis, tak
segan memuji dan mempromosikan karyawan yang taat buta, pertanyaan dan sikap
kritis karyawan dianggap sebagai bentuk perlawanan.
Ciri keempat : Gemar menggunakan emotional blackmail
Ia sangat ahli menciptakan
persaan F-O-G
Fear : Ketakutan
Obligation : Kewajiban
Guilty : Berdosa
Karyawan bekerja lantaran takut,
dibebani kewajiban dan sering merasa bersalah jika tugas tidak dikerjakan
sesuai dengan keinginannya, ia mudah mengancam sebaliknya ia bisa melakukan hal
baik tapi agar jasanya dikenang
Ciri kelima : Awalnya kinerja tim tampak baik tapi
ujungnya tetaplah hasil yang buruk.
Toxic leader senang mengejar
kuantitas dan tak peduli pada kualitas yang menurun, sayangnya kadang kondisi
ini diamini oleh team manajemen, manajemen tidak begitu tahu kalau hasil selama
ini telah menimbulkan banyak korban dan tekanan psikologis diantara karyawan,
manajemen sering dikelabui.
Ciri keenam, : Suka menciptakan suasana penuh kabut, tidak
jelas dan kurang transparan.
Jika otoritas lebih tinggi
darinya menuntut pertanggungjawaban justru anak buahnya yang kerap dijadikan
kambing hitam, dengan cepat ia menganulir keputusannya jika terjadi hal yang
tidak diinginkan.
Ciri ketujuh : Menghalalkan segala cara jika kepepet
Yang terpenting baginya
tujuannya bisa tercapai, bila ambisinya terhalangi, ia akan mudah melibas semua
aturan dan mengabaikan etika untuk meraih apa yang ia inginkan.
Kunci sukses meraih kesuksesan adalah
kedisiplinan yang terus tertanam dan terus disirami
“penting menciptakan jeda di waktu pekerjaan Anda. Kita bukan mesin
yang tidak mengenal lelah, dengan adanya jeda waktu selain secara fisik kita
kembali segar, barangkali ada inspirasi positif dikala kita beristirahat
sejenak.
5 Level kepemimpinan sejati
Seperti dilontarkan oleh John C.Maxwell
salah seorang guru kepemimpinan dunia
Level pertama : level posisi (position)
Merupakan level kepemimpinan
yang paling rendah, pada dasarnya, orang mengikuti Anda karena “kebetulan”,
karena tidak punya pilihan sebab andalah yang dipercaya memegang posisi itu. Bawahan
merasa perlu berinteraksi sekedar hanya untuk mendapatkan tanda tangan dan
persetujuan, “ dikantor ia memiliki kami tapi hati kami tidak bersama dia”
Level kedua : Telah terjadi
hubungan dan kesediaan (permission)
Disini orang mulai mengikuti
Anda bukan karena “harus” tetapi karena mereka “ingin”, pengaruh Anda sebagai
pemimpin mulai kelihatan, sudah terjadi kontak batin serta mulai ada chemistry
antara orang yang dipimpin dengan yang memimpin.
Hanya saja jika seorang pemimpin
terlalu lama ditangga ini , bisa jadi ia menjadi sangat popular di mata bawahannya
dan hubungannya baik tetapi hasil serta outpunya bisa jadi kurang memuaskan.
Seperti apa yang terjadi pada
Edward Liddy, mantan Chairman dan CEO AIG yang reputasinya anjlok setelah ia
membagi-bagikan bonus besar kepada karyawannya, dimata karyawan ia popular dan
disukai, tetapi secara bisnis langkah ini tidak strategis.
Level ketiga : Level menghasilkan (production)
Ia mulai berbicara mengenai pandangan Anda di mata manajemen,
orang mulai melihat output team yang anda hasilkan, selain terdapat kontak
batin yang baik antara pemimpin dengan anak buahnya juga terdapat hasil yang
bisa dibanggakan.
Level keempat : Level pengembangan orang (people development)
Disini seorang pemimpin tahu
bahwa ia tidak bisa menjadi sukses sendirian atau hanya dirinya yang mampu,
sementara anak buahnya bergantung adanya, ia mulai banyak meluangkan waktu
melakukan coaching dan counseling ataupun mentoring untuk mendidik bawahannya
agar mampu dan berkembang.
Level kelima : Level kepemimpinan yang sungguh menginspirasi
(personhood)
Hebatnya kepemimpinan model ini
adalah bahkan setelah pemimpin tersebut tidak ada ataupun telah lama
meninggalkan dunia ini, semangat dan nilai kemimpinannya masih dapat
dirasakan, dapat menginspirasi banyak orang dengan nilai-nilai serta filosofi
hidup yang dimilikinya. Contoh Mahatma Gandhi.
10 penyakit kerja bagi pemula
Penyakit pertama : tidak punya visi yang jelas
Penyakit kedua : bersemangat diawal tetapi letoy diakhir.
Penyakit ketiga : senang memulai, tetapi sedikit yang menyelesaikan.
Penyakit keempat : memilih-milih pekerjaan.
Penyakit kelima : Menyepelekan pekerjaan kecil dan sederhana.
Penyakit keenam : Membuat prioritas sendiri.
Penyakit ketujuh : Pasif menunggu perintah.
Penyakit kedelapan : Tidak follow up pekerjaan hingga tuntas.
Penyakit kesembilan : Tidak melakukan Up date dan progress report
Penyakit kesepuluh : Tidak menaruh hati pada pekerjaannya.
Semoga kita terhindar dari
penyakit-penyakit diatas, termasuk penyakit Toxic employee dan toxic leader.
Diambil dari buku : Up Your Succes karya : Anthony Dio
Martin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar