Senin, 04 April 2011

GEMPAR NII

Gembar-gembor, tentang sepak terjang gerakan NII ( Negara Islam Indonesia ), akhir-akhir ini kembali menyeruak, setelah ramai kembali diberitakan diberbagai media yang mengungkap, saksi-saksi korban, maraknya orang tua yang melaporkan tentang hilangnya anak mereka secara misterius, dimana indikasinya mengarah sebagai korban cuci otak dari gerakan NII, ditangkapnya Mahasiswa diberbagai universitas yang diduga penyebar gerakan NII, kesaksian mantan pejabat NII dari tingkat Camat, Bupati, Gubernur hingga mantan Menteri kabinetnya ( tentu jabatan versi NII ).

Dalam sebuah acara diskusi tadi malam tanggal 03 April 2011 di sebuah stasiun TV swasta, dimana hadir dalam acara tersebut, Bapak Umar Abduh (penulis buku gerakan NII, juga pernah terlibat pembajak pesawat dikenal peristiwa Woyla ), Bapak Hamidan ( Ketua MUI ), Kabid Humas Mabes Polri, Bapak AM Hendropriyono (mantan kepala BIN ), Imam Supriyanto (mantan menteri peningkatan produksi di NII, Para korban / mantan NII, Orang tua dari para korban gerakan NII, para lawyer dan anggota DPR dll.




Umar Abduh :



" Ada pembiaran dari pemerintah terhadap gerakan NII, padahal kehadiran dan gerakannya sudah lama tercium oleh pihak intelejen, bahkan bisa jadi NII dalam tanda kutip adalah produk dari pemerintah, Abu Toto adalah pemimpin tertinggi saat ini di NII KW IX, Abu Toto tak lain dan tak bukan adalah Panji Gumilang pimpinan pondok pesantren Al-Zaytun, ada dana yang mengalir dari bawah keatas dan berpusat di Al-Zaytun, NII ada juga sebagai upaya untuk merusak paham islam yang benar, masa ibadah hajinya mereka itu cukup di bumi indramayu ( Al-Zaytun )"


Bapak Hamidan :


"MUI sudah mengadakan penelitian, dengan mengumpulkan semua bahan terkait NII dan melibatkan, orang-orang yang pernah menjadi anggota NII untuk dijadikan responden, dari penelitian itu disimpulkan bahwa ajaran atau ideologi NII jelas menyimpang, bahkan hasil penelitian itu sudah lama di laporkan ke mabes polri, tapi tidak ada tindak lanjut yang berarti"


Imam Supriyanto :


" Saya keluar dari NII tahun 2007, setelah mendapatkan nasihat dari ibundanya, dana yang berasal dari jamaah mencapai milyaran rupiah, ada kedekatan panji gumilang dengan Robet tantular ( bekas bos Century ), bahkan Abu maarik ( Panji Gumilang ) kerap dihadiahi mobil mewah karena dianggap sebagai nasabah besar di CIC ( Century ), dulu sebagai menteri saya menggunakan Sepeda Beliau ( Panji Gumilang ) menggunakan baby benz, jika ada para petinggi pemerintah berkunjung ke Al-Zaytun disambut dengan lagu Indonesia Raya supaya terlihat nasionalismenya ( istilahnya lipstik belaka )"



AM Hendropriyono :


Masing-masing kepala BIN punya karakter yang berbeda-beda tergantung siapa yang mau memakainya dan taktik intelejen yang ia suka, kalau pendahulu-pendahulu saya mungkin ada yang suka pake cara-cara misalnya penculikan, saya justru lebih suka pada peleburan, pendekatan dengan pakai hati, istilahnya sebuas apapun jika hatinya sudah bisa dipegang pasti lebih mudah dikuasai, pada zaman saya NII juga sudah menjadi bahan penyelidikan, bahkan kita telah membentuk team untuk masuk dan menyelidiki al-Zaytun, tapi hasilnya saat itu tidak ditemukan penyimpangan ideologi, jika memang ditemukan penyimpangan ideologi jelas itu jadi kewenangan BIN, tapi jika indikasinya pidana ya itu tugas polisi, saya sudah ada 2 kali masuk ke Al-zaitun, pertama saat mewakili Ibu Mega yang mendapatkan undangan dari sana, kedua saat putranya menikah, tapi saya salut dengan hasil penyelidikan atau laporan yang dilakukan oleh Sdr Umar Abduh tentang NII begitu lengkap"


IBU DARI KORBAN NII:



Sejak ikut gerakan NII kelakuan anak saya berubah secara drastis, berani menentang orang tua, bahkan kotak perhiasan kami raib diambilnya.

NII HAMPIR SAJA KAU HANCURKAN KEUTUHAN KELUARGAKU

Rentang waktu tahun 1996 - 1997 adalah satu waktu yang membuktikan kepada penulis bahwa gerakan NII yang saat ini menjadi topik hangat di berbagai media, itu memang ada, dan sangatlah berbahaya bagi orang yang terjerumus didalamnya tidak hanya bagi masa depan dirinya, juga bagi orang-orang dekatnya ( keluarga ), generasi penerus bahkan bagi keutuhan dan kewibawaan bangsa.


Kenapa penulis berkata demikian, karena penulis di tahun-tahun tersebut merasakan bagaimana harus bertempur untuk melawan upaya perekrutan, penanaman doktrin/paham yang mereka anut. bagaimana begitu sulitnya melepaskan kakak perempuan dan bibi, yang rupanya sempat menjadi anggota mereka, apa yang dikatakan beberapa orang bahwa jaringan mereka, mirip dengan bisnis MLM memang benar adanya, jadi jika sesorang telah menjadi anggota mereka, maka dia akan dituntut untuk mendapatkan titik demi titik anggota dan biasanya diawali dari lingkaran keluarga mereka, selama anggota NII itu melakukan perekrutan biasanya didampingi oleh senior atau pejabat atasan, yang memiliki skill layaknya mentor profesional di bekali dengan cara-cara yang begitu sistematis, untuk bisa mempengaruhi calon prospek ( anggota baru ) dimana jika si calon anggota tersebut tidak memiliki pondasi keyakinan yang kuat niscaya akan mudah terhanyut, masuk dalam alam bawah sadar dan pada akhirnya bersedia untuk bergabung.


Mudah-mudahan pengalaman yang akan disampaikan penulis bisa, jadi bahan sharing bagi pembaca dan generasi penerus untuk bisa lebih waspada terhadap ajakan dari orang- orang yang memiliki paham yang menyimpang tentunya sambil terus dibarengi belajar dan memperkokoh keyakinan atas agama yang kita anut, sehingga akan terbentuk sensor yang sensitif jika ada upaya infiltrasi negatif terhadap pikiran kita, ingat orang-orang yang berpaham ideologi keliru bisa saja secara fisik telah terkubur, tapi ideologi yang dianutnya bisa terus menetas dan menyebar seperti virus, untuk itu diperlukan imunisasi yang tepat bagi diri dan para penerus kita untuk menangkalnya.


Tidak seperti biasanya hari ini (15 thn silam ), suasana kontrakan kakak perempuanku dan agak ramai apalagi sambutan dari Mba dan bibiku, koq terasa canggung ditambah lag,i tatkala aku masuki kontrakan kudapati sekitar tiga sosok laki-laki yang selama ini nggak kukenal, terus terang suasana seperti ini bagiku tidaklah kondusif untuk beristirahat maklum perjalanan Tangerang - Bekasi lumayan jauh dan membuahkan rasa lelah apalagi kalo nasib lagi nggak mujur sudah dapat rit terakhir nggak kebagian bangku di bis pula, untung suasana canggung sedikit mencair setelah kulihat diteras kontrakan rupanya sudah ada kakak laki-laki ( kakak sulung ) dan adik sepupu, selepas temu kangen, untuk menebus rasa penasaran akupun bertanya pada Mbakku, " Mba tumben kontrakan rame lalu mas-mas ini siapa yach?, Mbakkupun menyahut" anu dek ini teman-teman mba mau ngadain acara tausyiah ( belajar agama )" sekali lagi aku perhatikan cara mbakku bertutur terkesan hati-hati dan terlihat ada sesuatu yang disembunyikan dan satu hal lagi yang membuatku terasa janggal, seingatku ketika aku masuk dan mengucapkan salam rasanya tiga laki-laki tadi tidak membalas salam, untuk lebih meyakinkan atas apa yang disampaikan mbakku, akupun mengajukan pertanyaan yang sama pada kakak sulungku" Mas emang benar mau ada pengajian?, Maskupun mengiyakan " iya nich tumben, Mas juga sudah dari kemarin dikontak katanya diminta kesini, mbamu bilang pengin ketemu ech katanya mau diajak acara ini yach kalau buat Mas sich Ok..ok saja toch inikan satu kegiatan positif.

Singkat cerita, acara tausiyah pun di mulai, akupun mendengarkan ucapan-ucapan dari penceramah dengan seksama, awalnya membicarakan soal ketauhidan dengan membahas makna kata lailahhaillalloh dimana dalam Al-quran di qiaskan seperti pohon besar dengan akar yang kuat menghunjam bumi, batangnya menjulang tinggi, teduh dengan daun-daunnya yang rindang, sejauh ini sich menurut hemat penulis belum ada kejanggalan, nach ketika membicarakan masalah hijrah ( berpindah dari sesuatu yang buruk ke suasana yang baik ), kata-kata exstrim mulai melucur, bagaimana dengan lugas sang penceramah mengkondisikan diri kita sebagai manusia yang penuh hina dan dosa, ditanamakan pada diri kami sebagai pendengar kala itu dengan begitu dramatisnya seakan-akan kita itu berada dalam kesesatan ataupun kesalahan yang nyata, bahkan lebih lanjut sang mentor NII mengatakan bahwasanya bumi ( Indonesia ) yang kalian pijak saat ini berada di tanah haram, jikalau mau selamat maka masuklah dalam kelompok ( Negara ) kami, niscaya akan mendapatkan kebahagiaan yang abadi dan orang-orang yang berada diluar kita adalah nyata-nyata dalam keadaan kafir dan masih berada dalam kejahiliyahan seperti masa-masa di mekah tempoe dulu, mendengar penjelasan seperti itu, timbul pertanyaan kritis dalam benakku, " masa sich ada Negara dalam Negara, kalau begitu ulama-ulama kita, semacam Buya Hamka, Akhmad Dahlan yang juga tidak berada dalam satu garis pemahaman dengan mereka bisa dianggap kafir oleh versi mereka, satu pertanyaan aku lontarkan untuk menjebol rasa penasaran yang kian menggumpal, "Lalu mengapa kita mesti membentuk Negara dalam menegakan dakwah dan berhijrah karenanya"?
Sang penceramahpun menjawab dibarengi isyarat wajah yang mulai agak ketus, pokoknya tempat hijrah kita itu diibaratkan sebuah gua, kalau ingin tahu lebih dalam apa isi gua itu, tak ada jalan lain selain memasukinya, kalau perlu mendiaminya.

Hati-hatilah dalam tahap kedua diatas, sang mentor yang diduga adalah bagian NII sudah mulai menghunjamkan pemahaman yang apabila pikiran kita kosong dan tidak kritis niscaya akan mudah tergiring dan masuk dalam perangkapnya, bahkan sebaiknya saat itu pula kita menunjukan kekritisan kita dengan bertanya dan memblok pemahamannya, karena biasanya mereka enggan menghadapi calon anggota yang rewel dan suka membantah.

Usaha mereka untuk merekrutku, rupanya tidak berhenti sampai disini, mungkin mereka tahu ini satu kesempatan yang baik untuk menambah anggota baru, apalagi dari sisi waktu tentu mereka lebih sulit menemuiku soalnya aku berada jauh di Tangerang, setelah acara tausiyah selesai, aku dan Mas Gun, kakak lelakiku diajak dan digiring ke markas mereka, alasan mereka katanya supaya ada pencerahan dan pengukuhan pemahaman, sehingga kami bisa bersegera untuk hijrah, kamipun di boncengkan oleh mereka, dengan menggunakan motor yang berbeda dengan kakakku, aku ingat betul waktu itu kami diarahkan ke daerah pondok gede, saat dijalan terdengar suara adzan sholat ashar, akupun bertanya pada orang yang memboncengkan aku, kenapa kita nggak mampir dulu ke masjid, untuk sholat?, dengan santai diapun menjawab, ingat dengan kita melakukan dakwah semacam ini tidak mesti harus sholat lima waktu, justru yang terpenting adalah nilai jihad kita, dengan mengorbankan jiwa dan harta kita, hm..m mendengar jawaban seperti itu, aku semakin yakin bahwa pemahaman kami jauh berseberangan, saat masih memikirkan jawaban yang dia berikan, satu perintah datang darinya, " sudah sekarang bismillah saja dan tutup matanya bukanya nanti setelah kita sampai di lokasi!!, dari belakang boncengan akupun membatin dan meringis nyiyir " hm..m ngapain pakai ditutup segala, daqwah koq pakai ngumpet-ngumpet, akupun pura-pura memejamkan mata, sehingga perjalanan yang aku lewati masih bisa kunikmati, termasuk saat melintas di mall pondok gede, saat tiba disebuah rumah yang jadi markas kelompok mereka, akupun mengucapkan salam, tapi dari dalam tak ada satu orangpun yang membalas, padahal aku lihat sendiri didalam rumah tersebut telah berkumpul beberapa orang, dengan penuh rasa penasaran dan sedikit cuek akupun memasuki rumah itu, maka semakin jelaslah wajah-wajah mereka, hm.m nuansanya terasa aneh, kalo disebut tempat daqwah, tapi nggak ada pernak-pernik yang menunjukan bahwa ini sebuah tempat mulia untuk mencari ilmu agama, setelah melihat beberapa kejanggalan dari awal hingga detik ini, jiwakupun semakin memberontak dan berani menyimpulkan bahwa kelompok ini adalah kelompok yang radikal dan melenceng, akupun beranikan diri untuk bertanya pada orang yang membawaku tadi, untuk apa saya dibawa kesini!,kalau kemarin saya ditanya oleh kalian apakah aku punya kerabat yang berstatus aparat? hari ini aku jawab aku memang punya, lalu mau apa kalian? mendengar ucapanku yang cukup keras tadi, wajah kekecewaan mungkin bercampur marah terlihat jelas ditampakkan mereka, bisa jadi dalam batin mereka bergumam, " sial nich bawa orang susah dibawa kompromi" padahal orang-orang lain yang dibawa mereka mudah sekali kena perangkap " ( ini terlihat dari banyaknya orang-orang yang berhasil diajak masuk ke sebuah ruangan, yang katanya didalamnya ada pejabat atasan mereka yang diberi tugas membai'at ).


Menjelang waktu isya, akupun diantar kembali pulang, sepanjang pulang hampir tidak ada pembicaraan secuilpun dengan anggota yang diduga sebagai bagian dari NII itu, aku lebih asyik dengan pikiran dan rencanaku kedepan, seperti bagaimana caranya membebaskan Mba dan bibiku dari jeratan mereka, apakah masku yang sama-sama dibawa mereka juga ikut terjebak?, kalau ya tentu perjuanganku akan semakin berat apalagi jelas secara pertalian darah aku lebih muda, tentu dalam upayaku nanti akan menemui rasa sungkan.
setelah sampai di kontrakan Mbaku, tak berapa lama, sampai juga Masku ke kontrakan, dalam satu kesempatan akupun mendekati Masku, " Mas kepriwe mau setelah digawa nang markasse" (Mas gimana tadi setelah di bawa ke markas mereka)," tenang bae de Mas ora bakalan melu karo gerakan sing ora nggenah kiye" ( tenang aja de Mas tidak bakal masuk gerakan yang tidak jelas ini ), Masku pun melanjutkan ucapannya,"justru yang terpenting yang harus kita lakukan adalah upaya yang dimulai saat ini juga yakni segera membebaskan Mba mu dari gerakan ini".hm.mm syukurlah kalau Mas punya pemahaman yang sama dengan saya"


Singkat cerita upaya-upaya intensif untuk membebaskan Mbakku, benar-benar kami lakukan secara serius, dengan cara berdiskusi tentang agama lebih mendalam ( supaya mereka punya pemahaman yang lebih benar dan lurus), mengajak Mbakku untuk bersilaturahim dengan orang yang mengerti agama, mengawal dan membuntuti Mbakku saat pulang kerja, mengintai tempat-tempat  teman Mbakku yang masih terlibat gerakan mereka, mengevakuasi mbakku ke tempat yang lebih kondusif ( pindah kontrakan ke sekitar masjid ).


Alkhamdulillah upaya kami untuk membebaskan Mbakku akhirnya berhasil.

Arbi Sanit ( Pengamat politik ) :


" Kata Negara adalah monopli milik Negara, tidak boleh ada organisasi atau apapun yang menggunakan nama "Negara", NII sudah berani menggunakan nama itu berarti melanggar hak mutlak Negara ini jelas merupakan gejala / benih makar sudah sangatlah cukup bagi Negara untuk segera memberantasnya "


Mungkin karena belum ada peristiwa berdarah yang secara langsung disebabkan oleh gerakan bawah tanah NII, maka gerakan mereka dianggap masih tidak membahayakan kedaulatan Negara, lalu masih pantaskah penguasa menutup mata melihat banyaknya tindakan kriminal; penipuan, hilangnya dan pecahnya keutuhan keluarga, bagaimana jika ribuan jumlah anggota mereka terus dibiarkan bebas merusak dan menanamkan paham anti NKRI h..m.m sungguh ironis.............


Duhai indonesiaku............rasanya sudah terlalu banyak kemisteriusan di negeri ini

Penguasa akankah engkau semakin bangga bila rakyatmu terlihat bingung dan bermuram durja

Atas segala peristiwa yang sepertinya dengan mudah engkau kaburkan dan kuburkan

Akankah keadilan semakin bias dan berlari hingga titik terjauh?



Mana komitmenmu yang katanya ingin membuat segalanya menjadi terang benderang.

Tak ada tebang pilih??, semua sama didepan hukum??

Kami butuh implementasi, tak sekedar umbar janji.

kami butuh pretasi bukan sekedar prestise

Besok aku berharap tak kudapati lagi terlalu banyak tanda tanya ?????? di pelupuk anak Negeri


Berikan kejelasan dan ketuntasan atas semua kasus

Sehingga ????? khan berubah !!!!!! tuk bergerak bersama membangun Negeri yang kami cintai.







Tidak ada komentar: