Minggu, 16 Oktober 2011

PERJUANGAN PEKERJA KENAPA MESTI DIHADAPI DENGAN PELURU TAJAM?

Juru gambar Arf
Hari ini kamis 13 Oktober 2011, aku putuskan untuk kembali turun ke jalan, demi mendengar sahabat kami dari ujung timur negeri ini telah di tembus peluru yang di beli dari uang rakyat, peluru yang mestinya digunakan untuk melindungi kepentingan rakyat, justru berbalik untuk membunuh dan memberangus perjuangan para pekerja freeport yang tengah menggunakan hak konstitusinya yakni mogok kerja demi mendapatkan kesejahteraan dan upah yang lebih layak serta perlakuan yang lebih adil dan bermartabat terhadap para pekerjanya.


Yach hari ini kami sebagai bagian dari pekerja indonesia yang tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, didukung oleh elemen serikat buruh/pekerja yang tergabung dalam aliansi yang hadir saat itu seperti dari KASBI, FSPMI, SPN, SBPTI serta dari kalangan mahasiswa yang tergabung dalam LMND, kami ingin menunujukan rasa empati, simpati dan belasungkawa atas telah tewasnya teman kami; Petrus Ayamiseba, melalui  aksi unjuk rasa damai, berupa aksi longmarch dan tabur bunga sebelum berjalan, langkah kami diawali dengan doa bersama.


Petrus Ayamiseba adalah seorang pekerja PT Pangan Sari ( Perusahaan privatisasi / sub kontraktor PT freeport ) tewas tertembak pada hari senin 10 Oktober kemarin, saat beliau ikut dalam aksi protes bersama sekitar 6000 an pekerja lain, ketika tengah berupaya mendekati lokasi tambang, namun gerakan mereka dihadang oleh aparat sempat terjadi negoisasi, ditengah negoisasi, massa pekerja, yang didukung massa yang berasal dari tujuh ketua adat, beberapakali menyoraki perwakilan Freeport karena  dianggap sering tidak paham dengan kesepakatan yang telah dibuat, apalagi diketahui pihak freeport diam-diam merekrut pekerja baru dari luar daerah untuk tetap mengoperasikan perusahaan, padahal jelas UU tenaga kerja menyatakan perusahaan tidak boleh mengganti atau merekrut tenaga kerja baru selama perundingan atau perselisihan belum memperoleh titik temu, entah mengapa tiba-tiba muncul tembakan peringatan dari salah satu anggota brimob, berawal dari situlah situasi menjadi panik massa yang panik berubah melakukan aksi pelemparan terhadap brimob yang dianggap telah melakukan aksi provokasi dan tembakanpun terjadi, Petrus Ayamiseba tewas diterjang peluru bahkan saat beliau tengah erat  memegang bendera merah putih, tujuh pekerja lain juga mengalami luka-luka akibat tertembak.


Dorus Wakum (wakil adat papua) mengatakan:


"Kami tidak terima teman kami ditembak mati, polisi harusnya menjaga rakyatnya, bukan melakukan penganiayaan pada rakyat, ia menuntut jendral Pradopo untuk menurunkan Kapolda dan Kapolres atas tindakan yang sering terjadi di papua dan dibiarkan tanpa penyelesaian, kami punya rekaman peristiwa itu, pekerja perempuan juga ditendang" ujarnya saat tengah melakukan unjuk rasa didepan Mabes polri 11 Oktober 2011 lalu.


Al Sam Zarifi (Direktur Asia Pasifik) Lembaga perlindungan HAM dan Amnesti Internasional di london mengatakan:


" Insiden ini menunjukan Polri belum memahami bagaimana menangani unjuk rasa tanpa perlu melakukan kekerasan dan bahkan tindakan mematikan"


Hari ini saya beserta ratusan pekerja lain, melakukan longmarch dengan titik start dari halaman parkir monas, menyusuri jalan diiring lagu "gugur bunga" dibarengi aksi tutup mulut menuju kawasan istana negara sebagai bentuk aksi keprihatinan yang mendalam., aksi kami ini tidaklah seberapa dibandingkan dengan pengorbanan nyawa dan tetesan darah dari sahabat kami Petrus Ayamiseba, disekitar jalan merdeka barat sekitar 2 km ke arah istana negara, sempat  terjadi ketegangan dengan pihak kepolisian, yang mencoba menahan gerakan kami, speaker dari mobil komando berulang kali memberikan arahan agar tidak mudah terprovokasi, kami sedang dalam suasana keprihatinan, sungguh tak pantas jika aksi damai kami dikotori oleh tindakan anarkis, percuma banyak bicara, karena kami sudah bosan memberikan masukan, himbauan dan apapun itu pada pemerintah khususnya yang menyangkut nasib perbaikan buruh, dari mobil komando juga terdengar permintaan maaf kepada pengguna jalan lain, tindakan ini terpaksa kami lakukan, mohon bersabar toch jalan tidak diblokade, karena lalu-lintas masih bisa jalan walau lajunya lambat.


Aksi mogok kerja rupanya tidak hanya terjadi di freeport Papua, freeport di Peru sudah dua pekan ini juga melakukan aksi yang sama, dimulai sejak 29 September lalu, yang membedakan adalah sikap pemerintah disana jelas yakni meminta kepada freeport Peru untuk memenuhi keinginan pekerja, jika tidak akan diancam denda dan meminta pihak freeport disana untuk berhenti menggantikan tugas karyawan yang mogok.

Pintu gerbang monas yang menghadap istana negara dijadikan titik kumpul kami, sekaligus tempat acara seremonial berlangsung, acara diawali, menyanyikan lagu Indonesia Raya, disusul berturut-turut lagu gugur bunga dan padamu negeri, dilanjutkan mengheningkan cipta dipimpin oleg Bapak Gindo Tobing (Ketua bidang Advokasi dan Hukum DPP SPSI), kemudian pembacaan pernyataan sikap dari aliansi Serikat pekerja/buruh berkaitan telah terjadinya penembakan dan dukungan terhadap perjuangan kawan-kawan pekerja yang sedang berjuang di freeport, pernyataan dibacakan dengan lantang oleh Bapak Subiyanto (Ketua DPC KEP SPSI Kab Tangerang sekaligus sekretaris umum DPP KEP SPSI), disusul kemudian sambutan sekaligus penyerahan karangan bunga dari SPSI yang disampaikan oleh Bapak R.Abdulah (Wakil ketua umum DPP KEP SPSI) kepada wakil pihak keluarga.


Sebelum menyerahkan karangan bunga Bapak R Abdulah memberikan sambutan :


" Jujur saya katakan, sepanjang jalan tadi ketika lagu gugur bunga tak henti dinyayikan lewat pengeras suara,  hati saya menangis, Petrus Ayamiseba kau pekerja yang tangguh, yang dengan ikhlas ikut berjuang ingin mendapatkan keadilan punya citaicita besar ingin mendobrak tirani yang membungkam pergerakan buruh,  freeport telah mengekploitasi dua gunung di papua yang memiliki kandungan emas nomor satu terbesar didunia, tembaga no 3 terbesar didunia, kami bangga dengan pekerja dan orang papua disana, mereka bukanlah orang-orang bodoh, mereka pekerja yang cerdas, mampu mengoperasikan alat-alat pertambangan yang canggih, bekerja keras pantang menyerah di wilayah yang beresiko terjadi kecelakaan,  berangkat dari pagi buta, pulang malam hari kalian benar-benar oang yang tangguh, sungguh layak  mendapatkan upah yang layak ditengah berlimpahnya harta karun yang ditambang setiap hari, kami tidak punya uang yang cukup, untuk memberikan, bantuan yang besar terhadap keluarga, kami cuma bisa memberikan sekuntum bunga sebagai tanda duka cita kami, Petrus Ayamiseba pengorbananmu tidak akan kami lupakan, engkau kami anggap sebagai pahlawan perjuangan pekerja, cita-citamu akan kami teruskan, semoga engkau mendapatkan tempat yang tenang disisi Tuhan dan bagi keluarga yang tinggalkan diberikan ketabahan"


Acara dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan serikat Pekerja/buruh diantaranya dari KASBI, SPN d FSPMI, bahkan adapula sambutan dari perwakilan pekerja freeport lewat pengurus unit kerjanya, sungguh ironis ditengah kekayaan bangsa yang terus diexploitasi dimana kekayaan itu justru sebagian besar lari dan memberikan keuntungan untuk pihak asing (baca: Amerika), haruskah bangsa ini puas dengan hanya mendapatkan pajak yang tak lebih dari 10%, atau royalti yang kurang dari 3%, kepemilikan saham tak lebih dari 10%, kita harus berani mendorong proses nasionalisasi terhadap  perusahaan-perusahaan asing yang menguasai pengelolaan kekayaan strategis bangsa, upah tenaga kerja di perusahaan freeport yang beroperasi di negara lain upahnya jauh lebih tinggi dengan apa yang didapatkan tenaga kerja kita yang bekerja di freeport papua kita berhak menuntut keadilan, dari peristiwa pembunuhan ini hendaknya dijadikan momentum bagi kebangkitan pergerakan seluruh elemen serikat pekerja/buruh saatnya kita bersatu, sungguh menyedihkan exploitasi kekayaan tambang oleh freeport masih akan berlangsung lama. kontraknya dimulai dari tahun 1960 dan baru akan berakhir tahun 2041 kelak, pihak freeport berkoar dengan adanya aksi mogok yang dilakukan pekerjanya mereka mengklaim menderita kerugian 20 juta dolar amerika per hari pertanyaanya lalu kalau selama ini operasional tambang berlangsung normal berapa keuntungan yang di peroleh? sungguh hanya sedikit orang yang tahu, apalagi selama 30 tahun lebih perusahaan freeport sangatlah tertutup, dengan adanya gerakan ini hendaknya membuka mata para pemangku kepentingan negeri ini, betapa luar biasa berharganya kekayaan alam kita, betapa mereka telah menghianati amanat luhur Undang-Undang Dasar yang tertuang dalam pasal 33 (ayat 3), " Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat"


sumber :


  • langsung dari penulis yang mengikuti  aksi unjuk rasa
  • koran kompas edisi 12 oktober 2011



Tidak ada komentar: