Jumat, 07 Januari 2011

BALI DESO BANGUN DESO

Bagi orang jawa tengah slogan diatas, tentu sudah akrab terdengar di telinga, slogan yang gencar di umbar oleh Bapak Bibit Waluyo tatkala kampanye pemilihan Gubernur, dengan 4 kata pendek tersebut rupanya berhasil merebut simpati rakyat, selain tentu dengan berbagai faktor pendukung lainnya, seperti kendaraan politik beliau yang memang saat itu, nampaknya masih parpol terkuat di jawa tengah, 


Gambar : http://www.4.bp.blogspot.com/
ditambah dukungan dari Cawagubnya yang cantik mantan bupati Kebumen, jadilah beliau dengan mulus berhasil menduduki kursi Gubernur Jawa tengah.

Okelah, aku ndak mau terlalu serius ngobrol soal politik, hr..r..r ngeri ach lagipula bukan lahanku, terlalu berat buat dibahas di blog ini, kembali ke slogan " BALI DESO MBANGUN DESO", slogan ini amatlah pas ditujukan buat para perantau, yang telah pergi meninggalkan desanya, dengan berbagai latar belakang, dan tujuannya, yang jelas faktor ekonomi dan upaya untuk memperbaiki nasib tetap jadi alasan utama kenapa kita harus merantau, kemilau kemajuan kota besar, sebagai salah satu efek pembangunan yang terlalu sentralistik, berhasil menghipnotis putra-putra daerah untuk berbondong-bondong pergi ke kota, sungguh ironis setelah sekian lama pemerintah mencanangkan pemerataan ekonomi, (efek dari pemerintah terlalu mengagungkan pertumbuhan ekonomi dibanding pemerataanya ), fakta lain berbicara hampir 90% lahan pertanian / perkebunan di nusantara ini dikuasai oleh 50 pengusaha, hanya 10 % nya di kuasai petani kecil, ironisnya disisi lain desa sebagai daerah mayoritas di negeri ini kemajuannya seperti diabaikan, jadi jangan salahkan kami para perantau dari desa, yang mungkin sebagian besar telah putus asa, karena peluang usaha, dan lapangan kerja didesa memang kurang di fasilitasi, sehingga menjadi barang langka, e..eh setelah kami ramai-ramai datang ke Ibukota, sebagian dari kami, dianggap sebagai pendatang ilegal, atau kehadiran kami di cap hanya akan menambah beban Ibukota, lach iki piye to, lalu kami harus cari kerja dimana, kasih dong solusinya...............jangan cuma main usir, main gusur tok.

Satu pertanyaan besar, akhir-akhir ini terus mengusik pikiranku, WELEH-WELEH APA MESTI AKU SELAMANYA HARUS MERANTAU?, KERJA DI PABRIK ORANG SAMPAI LUMUTEN? apalagi nampaknya perburuhan di beberapa pabrik, masih di temui kondisi hiubungan industrial yang kurang sehat, ada yang main sikut, tega makan tulang kawan, ada yang sibuk cari muka, ada manusia bunglon, intimidasi, kesenjangan upah antara bawahan dan atasan yang terlalu jauh, keadilan terabaikan, kejujuran dan loyalitas kurang di hargai, jadi inget omongan rekan seperjuangan di serikat yang ngomong begini, dulu saat kita dijajah, kaum pribumi luar biasa di tindas, hasil bumi yang kita tanam hanya sebagian k..u..eci..il ( saking cilike ) yang kita rasakan, pala, cengkeh, tebu semuanya hanya untuk memperkaya kolonial, upah buruh di pabrik-pabrik londo ( kompeni, red ) di bayar begitu murah, nach sekarang kita bandingkan dengan masa kekinian, kayaknya hampir ndak ada bedanya, pekerja di pabrik juga hanya diberikan upah yang jumlahnya selalu di batasi dengan UPAH MINIMUM, ibaratnya upah antara pekerja tingkat bawah VS para penggede-penggedenya ( jumlahnya beberapa gelintir ) itu 90 berbanding 10, atau dengan kata lain biaya upah pabrik itu 90 % dinikmati oleh para penggede, sedang yang 10% itupun kadang diraihnya dengan susah payah dibagi untuk para pekerja tingkat bawah ( dijatah untuk pekerja yg jumlahnya mayoritas ).

Pikiran untuk kembali ke desa, semakin menggelayut, kalo dipikir-pikir peluang usaha itu bisa koq kita ciptakan, sepanjang kita punya rencana, kemauan dan tekad, dan strategi, dimanapun kita berada, kesempatan akan menghampiri termasuk kalo kita harus berusaha di kampung halaman, itulah kenapa saat kerja hari ini, ditengah kesibukan yang padat, sampai ibaratnya mau buang air aja kadang ditahan, demi cepat rampungnya pekerjaan, terpikir oleh ku yach pokoknya nanti setelah pulang kerja, aku mau telpon,diskusi sekaligus curhat sama kakak yang punya usaha di kampung, setidaknya aku bisa transfer beban pikiran sama keluarga daripada diparkirin di otak hu.f.ft bisa ngejel nich darah di otak.

Benar aja sepulang kerja, bahkan belum sempat mandi sore, aku dach bilang sama istriku, " sini bu HP nya bapak mau telpon Mas dan Mba dikampung, tat..tit .tut..tet..tot walo dengan agak gamang aku pencet nomor punya kakak ( terus terang aku takut ada respon yang kurang baik dari kakak, takut dianggap perantau cemen ach tapi kalo cemen kenapa aku bisa bertahan selama hampir 16t ahun di perantauan ), halo mba yuni ini yudi, suara dari seberang terdengar menyahut, oh ya ana apa yud, kepriwe keluarga sehat ( logat ngapak banyumasan ), setelah basa-basi sedikit langsung penbicaraan aku arahkan ke topik pokok, " Anu mba njane yudi arep curhat kyeh, kayane yudi wis cukup lama nang perantauan sementara mba lan Mas yang dulu merantaupun sudah pulang dan berusaha di kampung, kayane yudi pengin nyusul, mending usaha nang kampung, toch mas karo mba juga bisa sukses dikampung ndak perlu pake lama di perantauan, apa mba dan mas nggak pengin buka cabang di lokasi lain, selain yang sudah ada sekarang?, yach sebenarnya sich wacana ini sudah lama ada di benak mba dan mas mu, bahkan kalo bisa cabang itu nanti yang pegang saudara sendiri, cuma kok ditunggu-tunggu belum ada yang mulai ngomong, emang yudi punya rencana apa?, Yudi udah cape mba di pabrik, penginnya sich buka usaha sendiri maklum mba suasana di pabrik kadang nggak kondusif, banyak situasi yang nggak sehat, udah lah Mba paham gimana suasana pabrik, dulu khan Mba dan masmu juga mantan karyawan pabrik, yach udah kalo memang suatu saat yudi harus pulang, yo kita rintis usaha bareng-bareng, tenang selama usaha belum lancar, sekedar untuk makan keluarga sich kita pasti ada jalan, nanti khan yudi bisa juga ikut mbantu dan belajar dulu di tempat usaha Mba, sambil bawa mobil kek buat ngirim barang ke pelanggan, tentunya sambil lihat selah buat ngatur strategi lebih jauh, pokoknya kami sebagai kakakmu siap membantu, mendengar jawaban yang bijak seperti itu rasanya plong dada ini.

Yach udah gini aja yud, kalo ngobrolin hal penting seperti ini rasanya nggak afdol kalo lewat telpon, mending yudi menyempatkan pulang buat mbahas rencana ini, sekaligus misal sambil lihat calon lokasi buat usaha baru nanti, makasih mba atas support dan masukannya, mungkin dalam bulan-bulan kedepan, yudi sowan ke tempat Mba, wah berarti ajakan pak Gubernur untuk"bali desa bangun desa" mulai dipersiapkan untuk realisasinya, walau purwokerto sebenarnya sudah menjelma jadi kota yang cukup besar, bahkan masuk jadi nominasi calon ibu kota negara, bismillah apapun langkah kita sepanjang punya niat baik semoga diberikan petunjuk dan kelancaran dari Alloh SWT, Ami..i..in.

Kalaupun terpu..a..ksa harus tetap di perantauan, sudah menjadi tekadku upah di pabrik tidak akan aku jadikan pemasukan satu-satunya, aku ingin bekerja terhormat, tanpa menjilat.
Boleh donk ane titip pesen disini : "Kawan jikalau kita menghadapi tirani yang begitu kokoh, kondisi yang yang terus menjerat rasa keadilan di tempat kerja atau dimanapun, sebaiknya jangan disikapai destruktif, tapi jadikan ini sebagai wahana untuk mencari kesempatan ataupun pendapatan lain, selama kita bekerja didasari sikap tanggung jawab yakinlah itu akan membuahkan lingkaran positif setidaknya untuk diri kita sendiri, karena pada hakekatnya baik-buruknya kita Tuhanlah yang akan memberikan penilaian ataupun balasan yang lebih adil", dadi kelingan ceritane Gatot kaca, deweke wis di fitnah, di cemooh, dicemplungna nang kawah candradimuka, tapi deweke tetep tegar, metu sekang kawah malah dadi ksatria pilih tanding.

Tidak ada komentar: