Sabtu, 06 Februari 2016

Berada di titik terlemah


Diiringi helaan nafas panjang dan teriring d'oa dalam hati akhirnya kutandatangani kertas putih yang disodorkan petugas rumah sakit, sebagai tanda persetujuan tindakan operasi yang nantinya akan dilakukan terhadapku, tentu setelah sebelumnya telah didiskusikan dengan team dokter dan keluarga terlebih dulu, hari ini !!!, kembali aku ditegur oleh Alloh tentang arti pentingnya nikmat sehat dan tak ada alasan yang sah untuk tidak mensyukurinya, sekaligus membuka fakta betapa besar kuasaNya disisi lain sebagai hambanya betapa lemah sejatinya manusia, coba bayangkan jika Alloh berkehendak  salah satu syaraf dari jutaan syaraf yang menjalar dan melekat dalam tubuh ada yang mbalelo sedikit tak berada ditempat semestinya niscaya atau biasanya akan menimbulkan rasa nyeri yang sangat, ataupun ada hernia dibantalan tulang belakang yang menonjol dan membentur syaraf tulang belakang, maka  setiap gerakan yang bersentuhan atau melibatkan syaraf tersebut  otomatis menimbulkan rasa nyeri yang menusuk, menopang tubuhpun tak kuat, berjalanpun tak kuasa beruntung aku memiliki pendamping yang begitu setia, mampu menjadi sandaran dan penopang tatkala aku berada di titik terlemah, dia tak tega melihatku lunglai tak berdaya



Tiga hari lalu sebenarnya aku paling enggan untuk berobat, kala kondisiku makin kepayahan, spontan dia menangis, menopang dan mendekapku erat, sungguh aku terharu dibuatnya, setengah panik dia berteriak, "ayo pak tidak ada alasan lagi untuk tidak mau dibawa ke rumah sakit, ibu telpon mba untuk bisa langsung minta tolong diantar ke rumah sakit", , hmm.m jadilah hingga saat ini aku terbaring di kamar ini, merasakan asupan obat demi obat, merasakan cengkring2 ditusuk jarum suntik, botol infus dan jarumnya seolah jadi borgol yang membelenggu gerakan (tapi tak mampu memgekang kebebasanku untuk menulis), aku pasrah sekaligus berikhtiar inilah lakon yang harus kujalani saat ini.

Sisi pelayanan dan humanisme dari pihak rumah sakit jadi sisi khusus perhatianku, dari pertama masuk IGD, hingga saat sekarang terbaring disini, kadang banyak diantara kita khususnya yang terlibat dalam bisnis pelayanan jasa terjebak virus symbol, jika yang dilayani dari kalangan biasa maka pelayananyapun terbatas atau yang lebih parah lagi alakadarnya, kurang berempati terhadap pasien, dan dari penampilan yang tampak dan kenyataan yang ada aku memang masuk dalam golongan ini, tapi sejauh ini, pelayanan yang diberikan cukup profesional dan baik, saat tiba di IGD dokter jaga begitu sigap dan ramah dalam melakukan diagnosa dan tindakan pertama, sayang saat waktunya mau menempati kamar inap saya mesti menunggu 3 jam-an, sungguh waktu yang amat menjemukan apalagi  teriring menahan rasa nyeri.


Berbekal hasil rontgen dari RS sebelumnya dg sigap dokter jaga menganalisa, beliau menjelaskan tidak ada masalah pada tulang, beliaupun melanjutkan mendiagnosa dengan cara mengangkat atau menggerakan kedua kaki bergantian, nah saat dilakukan tindakan ini rasa nyeri menusuk kualami, beliaupun menyimpulkan bahwa syaraf tulang belakang saya yang bermasalah, kalo melalui rontgen ga akan terlihat, mesti melalui MRI (Magnetic Resonance Imaging), baru kerusakan syaraf akan terlihat, setelah semalaman di rawat inap, esok pagi ada kunjungan dokter spesialis beliau menvonisku terkena HNP (Hernia Nukleus Pulpesus), cairan/kelenjar yang berada di bantalan ruas tulang belakang (disc) mengalami kerusakan (pembengkakan), keluar menekan dan menjepit syaraf, makanya kondisi ini lazim/umum disebut sebagai sakit syaraf kejepit.

Setelah di MRI ( serem juga proses MRI, badan kita dimasukan ke lorong diatasnya paling jarak 10 centian diatas hidung ditindih alat diagnosa segede gaban ( gede banget sich tangan kanan pegang stik yang ada tombonya, katanya kalo panik/ darurat pencet aja tombolnya, ketika alatnya bekerja suara gemuruh, suara teng..teng. kayak lonceng terdengar, busyet pengalaman pertama dach) betul kata dokter sambil menjelasksn gambar yang dipegang beliau, beliau menunjuk syaraf tulang belakang yang bermasalah, gambar tersebut persis seperti gambar kondisi HNP yang terdapat di literatur yang tersebar di internet.

Selemah-lemahnya kondisi fisik, sejatinya lebih berbahaya jika kondisi keimanan dan ketaqwaan seseorang berada dalam kerapuhan, setidaknya sinyal itu Insya Alloh kudapati saat ini, semua ada hikmahnya.

Alkhamdulillah, setelah dua hari menyetujui adanya tindakan operasi, nampaknya kondisinya semakin baik, hingga tadi malam akhirnya kuputuskan untuk membatalkan persetujuan tersebut, secara medis seperti apa yang disampaikan dokter penanganan sakit ini adalah dengan tindakan operasi memotong hernia yang pecah, bengkak dan menekan syaraf tulang belakang, hingga kondisinya pulih lebih permanen.

Tapi disisi lain setelah, searching dan menemui mbah google, kata si mbah: tidak semuanya atau selamanya sakit HNP ini penyembuhannya dieksekusi dengan operasi, tapi jangan sampai menyepelekan sakit ini, jika tidak cepat dilakukan tindakan, yang pasti pertama adalah dengan istirahat total (bed rest) tindakan medik mungkin seperti menyuntikan obat anti radang, obat perbaikan/vitamin syaraf, pokoke obat yang direkomendasikan oleh dokter ahli, melakukan fisioterapi misal dengan senam khusus untuk perbaikan tulang belakang, memperbanyak asupan zat kalsium dan kalium, hindari/hapalkan gerakan-gerakan tubuh yang sekiranya bisa merangsang terjadinya sakit ini, seperti angkat beban dan posisi yang salah. kegemukan, perokok akut, dll,  jika tindakan itu tidak dilakukan HNP ini berpotensi menimbulkan kerusakan permanen pada area syaraf yang sakit, karena lalulintas informasi yang diemban oleh syaraf dari dan menuju otak terganggu, hingga akibat yang lebih fatal bisa terjadinya kelumpuhan, naudzubillah jauhkan hamba dari kondisi ini, semoga tanpa tindakan operasi dan dibarengi dengan aksi untuk mendukung kesembuhan, hal tersebut tidak terjadi pada hambaMu yang lemah ini, amin.

Oh ya, salah satu dari manfaat investasi khususnya asuransi sangat membantu saat saya ada dalam kondisi ini, cukup dengan menunjukan kartu kepesertaan, semua biaya perawatan dan pengobatan gratis  alias dibayar pihak asuransi, ditambah pihak asuransi melalui managernya sangat proaktif dalam membantu bahkan mendampingi proses ini, secara pribadi saya merasa puas, terimakasih dan salut atas kinerjanya, seandainya saat itu saya belum jadi peserta asuransi untuk menanggung biaya yang lumayan gede ini, tentu cukup membuat kelimpungan dan berpotensi membuat limbung stabilitas ekonomi keluarga, padahal kepesertaan saya saat itu baru sekitar empat bulanan, tapi prinsipnya ngga ada orang yang mau sakit, senyaman-nyamannya di rumah sakit, jauh lebih nyaman tinggal dirumah bersama keluarga dalam kondisi sehat, jadi saya berharap ini peristiwa terakhir saya dalam hidup untuk ngrasain nginep di rumah sakit ,,,,, semoga.

Produk asuransi yang penulis ikuti, tidak hanya untuk perlindungan kesehatan, tapi juga dikombinasikan dengan investasi atau yang lebih di kenal Asuransi unit link, jadi kalo terjadi situasi seperti diatas ( dirawat di RS ), biaya untuk rumah sakit tidak mengurangi nominal uang kita yang telah disetorkan ke pihak asuransi, seperti pada contoh diatas misal biaya rumah sakit habis tujuh juta, padahal keikutsertaan penulis baru lima bulanan atau misal total uang iuran baru katakanlah tiga jutaan, jadi uang iuran kita yang tiga juta tetap utuh tapi bisa menikmati biaya perawatan sampai lebih dari yang kita setorkan, kemudian lagi investasi asuransi unit link biasanya dana kelolaan dari nasabah uangnya sebagian besar diinvestasikan di bursa saham melalui pembelian saham-saham blue chip ( Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki trek record yang bagus ), seperti kita ketahui investasi saham itu berfluktuasi sangat dipengaruhi situasi pasar, makanya disarankan investasi ini lebih baik untuk jangkauan jangka panjang, ada beberapa kasus nasabah asuransi berjenis ini baru setahun. dua tahun menarik diri dari kepesertaan, tentu saja nilai investasi masih sangat minim bahkan bisa dipastikam merugi, soalnya untuk tahun-tahun pertama biasanya asuransi jenis ini uang dari nasabah prosentasenya jauh lebih besar untuk proses akuisisi dan biaya administrasi.

Jadi prinsipnya anggap aja itu adalah uang tabungan masa depan kita, dan jangan terburu berharap imbal hasil diawal, moga aja rejeki penulis dan pembaca yang budiman diberikan kelancaran dan keberkahan, khususnya bagi penulis hingga bisa mengikuti kepesertaan sampai akhir tempo dan bisa merasakan manfaatnya kelak.




Tidak ada komentar: