Senin, 08 Agustus 2016

BOS atau KULI cuma Sebatas simbol

Sebutan keduanya pernah dan kadang terlontar oleh orang lain terhadap Alfian, disebut kuli ia ga merasa risih dan terhina karena kenyataannya ia adalah sosok pelayan pelanggan dan ia harus total bersikap, bertutur yang ujungnya berharap berbuah kepuasan bagi mereka, sehingga tak tertutup kemungkinan memunculkan benih unggul agar mereka kelak kembali menanamkan uang mereka untuk membeli dagangannya.

Justru ia  merasa  risih kalo dipanggil dengan sebutan bos atau juragan oleh orang lain, bukan apa sebutan singkat itu terkandung konsekwensi yang berat, pantaskah ia disebut seperti itu, tapi mau gimana itu hak mereka toh ia ngga kuasa melarangnya, paling banter ia aminin dalam hati,  yang jelas baginya itu hanyalah simbol bukan sebuah tujuan dan Insya Alloh itu tidak akan membuatya besar kepala.


Soalnya tak sedikit, orang yang gila akan julukan, dan ingin selalu dipandang orang lain lebih dan lebih, sampai-sampai nama usahanyapun berbau titel orang atas, ada usaha stiker namanya " BOSe Advertising", Usaha kuliner, " Bose dewek", adapula yang dimobilnya ditulis gede-gede " SANG JURAGAN".

Suatu ketika ia sekeluarga memasuki sebuah restoran untuk makan malam, maklum selain untuk media sederhana bagi kami untuk refreshing, rupanya ada alasan lain yang lebih sohih tak lain dan tak bukan adalah karena nasi atau lauk untuk makan sore sudah habis, karena keseharian kami adalah nasi dan lauk yang ada tidak hanya untuk keluarga tapi kami makan bersama karyawan kami ditambah kami hidup di pegunungan jadi ga ada yang namanya warung nasi disekitaran.

Setelah kami masuk restoran dengan tangkas kami memesan makanan dan minuman di buku menu, maklum udah laper bro..,
kami memilih tempat yang bisa buat lesehan, lumayan bisa buat nglurusin kaki yang seharian buat wira-wiri melayani pembeli, perpaduan klasik dan hijau ditambah hembusan sejuk semilir alam, hmmm.m cukup nyaman, Alfianpun merabaa saku tempat dimana sebungkus rokok biasa bersarang, alamak rokoknya ketinggalan dirumah, akhirnya ia keluar restoran untuk membeli rokok.

Setelah cukup jauh dan lama akhirnya setengah bungkus rokok berhasil digenggamnya, istrinya rupanya menyusul, terus dia berucap " Pak koq lama banget, darimana sich? Tuh makanan udah siap dari tadi"  Alfian menjawab enteng" habis cari rokok", istrinya kembali ngomong, "Pak tahu nggak tadi waktu ibu keluar gerbang, Ibu disapa sama tukang parkir katanya, "'Mba cari supirnya yach, tadi dia jalan kearah sana, Ibu cuma senyum aja, Bapak sich pakai kaos belel, demi mendengar hal ini, ia cuek aja, ngga papalah terserah kata orang, biarin aja nyok kita lanjut makan.

Pernah juga lain waktu, ketika ada satu karyawan (supir) yang ngga masuk, terpaksa peran supir ia gantikan, ini demi pesanan pelanggan agar bisa sampai tepat waktu sesuai permintaanya, ditemani satu kenek ia ikut membongkar barang pesanan, Alkhamdulillah pembelinya sangat pengertian, kami dibuatkan kopi plus cemilannya, kadang kalo lagi mujur Alfian dikasih uang, walaupun pada akhirnya uangnya dikasihkan sama karyawannya, akhirnya terjadilah obrolan hangat:

Pembeli : Emang bos nya orang mana sich?
Serta merta keneknya Alfian mau menjawab, tapi segera dikasih kode biar dia aja yang jawab dan nggak usah bilang kalau dia yang punya warung itu.
Alfian : Anu yang punya sich orang Cilacap Pak, emang kenapa Pak?.
Pembeli : Enggak, koq bisa buka usaha disitu, entar bilangin ke bosnya, saya pesen lagi pasir dan bla..bla..bla.
Alfian : Oh ya entar tak sampaikan pak pesenannya, terimakasih suguhannya.
Pembeli : Buru-buru banget, santai aja dulu, sambil ngulur waktu, paling sampai sana disuruh kirim lagi.
Alfian : sambil agak kikuk, ngga papa pak, nggak enak kelamaan, lagian ada kiriman berikutnya yang mesti diantar.
Pembeli : eh. yang perempuan di toko itu Bosnya yach? baik yach...orangnya kalo ada yang beli kayak seneng banget terus ramah kalo nglayanin,, soalnya ada temen yang kerja di toko material 'A', orangnya cerewet, kalo ngirim dirasa kelamaan, bosnya bisa nyusul, pokoknya kerja ngga boleh diam sesaatpun.
Alfian : ( dalam hati, itu istri saya bro, ih.hh gemes..gemes..gemeees ), baik sich relatif, tapi kayaknya bosnya ngga segitunya.(ngga kejam-kejam amat)
Kenek/Karyawan : Cuma nyengir kuda .......

Lain waktu, pembeli yang tadi datang ke toko, kebetulan Alfian lagi duduk di meja kasir, Monggo Pak ngersa'ke nopo (silahkan membutuhkan/mau beli apa?), dengan ramah Alfian menyambut sambil mempersilahkan duduk, yang disapa malah menunjukan roman kaget , lho..masnya khan yang lusa kirim barang, Nggih Pak mboten klentu (iya pak nggak keliru) itu saya, kemarin lagi tugas luar, sekarang lagi pengin ngadem didalam, silahkan pesan apa saya bikinin nota yach, dari gesturnya kelihatan si Bapak sedikit kikuk, setelah nota dibuat, tak lupa Alfian mengucapkan terimakasih.

Suatu hari, ditemani karyawannya Alfian pergi kulakan ke kota, Alfianpun masuk ke toko distributor langganan, sementara, Nadir yang menemani Alfian menunggu diluar, karena kasihan ditambah siang harinyang panas, Alfianpun meminta Nadir untuk memesan es dawet pada pak tukang dawet yang kesehariannya mangkal didepan toko, Dir dah kamu pesen aja esnya, entar uangnya nyusul aku yang bayar, setelah bon belanjaan dibayar, Alfianpun melongok keluar, lho koq si Nadir bibirnya masih kelihatan kering kayak nahan haus, Alfianpun menghampirinya Dir mana esnya, cepet amat udah habis, Nadirpun menjawab, habis apaan Pak, saya pesen tapi nggak dikasih sama Bapaknya, mungkinn karena penampilan saya kayak gini Pak, penampilan seperti apa dir, kamu pakai sendal jepit, saya juga pakai sendal jenisnyang sama,  sesaat ada marah yang membuncah, kontan Alfianpun menghampiri si Bapak penjual dawet, Pak dia datang bareng sama saya, Bapak jangan melihat orang hanya dari penampilan saja, sekarang kasih kami dawetnya, dengan salah tingkah iapun berkata, oh dia bareng sama Bapak to, maaf pak ini dawetnya udah jadi.



Tidak ada komentar: