Rabu, 15 September 2010

SUARA RAKYAT YANG TERGADAIKAN

Oleh : Tri Wahyudi 150910

Muga-muga dengan anane tulisan kiye, ora membuat para pemimpin dan para wakil rakyat sing lungguh nang gedung DPR, kupinge panas, geram atau saking tersinggunge matane melotot, geregetan terus nggebrak meja ( lagian ngapain tersinggung yah, nek emang kenyataane kaya kuwe ) swear..kewer-kewer tulisan kiye cuma jelmaan jeritan hati, suara arus bawah, soale penulis wis terlalu sering krungu berita-berita sing nyleneh utamane ya kuwe perlakuan sing diterima rakyat kecil, nang negeri sing sebenere duwe potensi kekayaan sing luar biasa, ora nana negara sing duwe sumber daya alam sekomplit indonesia;


Laute termasuk terluas didunia, hutane, bijih emas. Timah bahkan uranium seabreg-abreg, duwe cadangan gas terbesar didunia, kandungan batubara berjuta-juta ton, minyak dan sumber panas bumi sing melimpah,tanah luar biasa subur, pokoke pantes nek indonesia disebut “ jamrud katulistiwa” dadi ironis khan nek sampai ana istilah tikus mati nang lumbung padi, sungguh ironis data dari dinas pertanian saja menyebutkan bahwasanya buah-buahan yang beredar di pasar baik pasar tradisional apalagi pasar modern 70 s/d 80 % nya adalah produk import.


Rakyat kecil atau bahasa musim kampanye disebut juga “Wong cilik”, nek saat-saat kampanye kuwe ibarate kaya permata, dielu-elukan, diseret-seret nganah-ngeneh, dirayu kaya bidadari, maklum sebagai lumbung suara mayoritas, sumbangsih suaranya sangatlah menentukan buat kemenangan para calon pemimimpin pemerintahan atau calon anggota legislatif, mangkane ora heran saat kampanye akeh janji-janji sing diobral, utamane sing dibidik ya kuwe jare bakal membela kepentingan orang banyak, rakyat kecil bakal disejahterakan, pendidikan dan kesehatan gratis, kemudahan mendapatkan kredit untuk rakyat kecil, wah seandainya janji-janji kampanyene bener-bener diimplementasikan oleh para pemimpin dan anggota legislatif di seantero daerah nusantara, pasti dijamin ora perlu suwe-suwe negri kiye langsung dadi negri sing gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo.

Coba bayangkan, setelah diterapkan sistem pemilihan langsung oleh rakyat, dimana-mana digelar pilkada,bahkan indonesia disebut sebagai negara yang paling sering menggelar pilkada, hampir tiga kali sekali dipastikan ada yang menggelar pilkada, sing notabene biayane ora setitik warang-wurung ya nganggo duit rakyat, suara sing diraup akeh-akehe sekang kalangan rakyat kecil, dadi wis seharusnya sapa bae sing dadi pemimpin, haruse bener-bener dadi pelayan rakyat, ora malah dadi raja sing congkak, sing selalu memburu upeti, kanggo memakmurkan diri sendiri, tapi sayang setelah jadi pemimpin atau anggota legislatif suara emas mereka diabaikan, untuk membicarakan kepentingan rakyat kecil, seperti makan yang kehilangan selera, bahkan perlakuan tidak adil sering menimpa mereka; penggusuran tanpa memberikan solusi terbaik terjadi dimana-mana, sulitnya mendapatkan pinjaman bank, biaya kesehatan yang sulit terjangkau sampai ana istilah ( orang miskin dilarang sakit ), pasar-pasar tradisional yang biasa jadi sumber penghidupan mereka, banyak disulap atau tergeser oleh kehadiran Mall-mall megah, bahkan sahamnya diantaranya milik orang asing, tak heran indonesia disebut sebagai negara nomor satu dengan jumlah Mall terbanyak didunia, perlakuan tidak adil didepan hukum dsb.

Apa maning baru-baru kiye krungu kabar, jare Gedung DPR njaluk dirombak total, emang mengherankan wakil rakyat saiki koq seneng temen renovasi-renovasi gedung, atau rumah dinas, dadi mikir ana benere juga almarhum Gusdur gole ngomong yen DPR kuwe kumpulane cah-cah TK, sing senenge dilayani, disediani aneka mainan, anggaram nggo Gedung baru DPR ora tanggung-tanggung, ora kurang sekang 1,6 triliun ( kalkulatorku nganti ora muat nulise ), dengan jumlah lantai nda kurang dari 30 an lantai, dadi nek sida diwujudna masing-masing anggota DPR entuk kapling kantor seluas 120 meteran persegi, anggaran yang terlampau fantastis dengan kondisi negeri sing esih sakit, sementara banyak rakyat kecil, yang terpaksa tinggal di rumah-rumah petak, berdinding triplek ataupun kardus di pinggir-pinggir rel, sungai bahkan di kolong jembatan, sementara konon anggaran untuk mengentaskan kemiskinan tidaklah seberapa besar. mana ekonomi kerakyatan yang dulu didengung-dengungkan ?, kami mau bukti!! bukan Janji !! ( s..st.t santai mas aja sewot ).

Bagaimanapun carut marutnya kondisi negeri ini, cinta kami pada bangsa ini sedemikian besar, kami masih menyimpan asa dan percaya dari sekian banyak pejabat di negeri ini masih ada yang berlaku lurus dan istiqomah mengemban amanah rakyat, masih ada yang mau menerapkan budaya malu, malu berbuat yang tidak-tidak, menyadari sepenuhnya bahwa mereka jadi seperti sekarang, tak lepas karena adanya suara rakyat kecil dibelakangnya, merekapun digaji memakai uang rakyat, jadi tak sepantasnya mereka menghianati amanah yang diberikan oleh kami, permintaan kami sederhana, “ perlakukan kami sebagai manusia, beri kami ruang untuk memperbaiki nasib kami, seperti anda memberikan ruang yang nyaman bagi orang-orang berduit bahkan orang asing, apalagi akhir-akhir ini para top konglomerat di Amerika mulai bersedia menyumbangkan sebagian hartanya untuk rakyat kecil, mereka mulai menyadari bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya bukan lantaran melimpah ruahnya harta, kebahagiaan yang sebenarnya adalah saat mana mereka bisa berbagi dengan orang lain dan bisa memperbaiki taraf hidup mereka, semoga apa yang dilakukan konglomerat Amerika sana diikuti pula oleh para orang kaya di Indonesia.

Sungguh menyedihkan memang mendengar berita, banyaknya orang kaya atau pejabat di negeri ini, yang suka sekali membagi-bagi sesuatu; bingkisanlah, Zakatlah. Sumbangan atau apapun? Itu, dengan cara menggelar open house ( kae loh sing mbagi-mbagi nang halaman umah karo ngundang wong akeh, nek perlu nganggo spanduk ), sampai-sampai dari anak kecil, laki perempuan, nenek dan kakek peot, bahkan orang cacat ikut antri berebut, berhimpitan terkena panas matahari pula, sampai banyak yang pingsan bahkan meninggal.

Sebaliknya kita sebagai bagian dari rakyat kecil, mulailah berpikir dewasa dan jernih, jangan cengeng menghadapi problematika hidup, kita bisa berbuat lebih untuk memperbaiki nasib kita, jangan mudah diadu domba, apalagi ikut memperkeruh suasana dengan berbuat anarkis, bangsa ini bangsa yang besar kita harus yakin suatu saat negara ini benar-benar menjadi bangsa yang maju dan disegani oleh bangsa-bangsa lain didunia :

INDONESIA TANAH AIR BETA
PUSAKA ABADI NAN JAYA
INDONESIA SEJAK DULU KALA
SELALU DI PUJA-PUJA BANGSA

DISANA TEMPAT LAHIR BETA
DIBUAI DIBESARKAN BUNDA
TEMPAT BERLINDUNG DI HARI TUA
TEMPAT AKHIR MENUTUP MATA.

Mencobalah berpikir " Apa yang bisa kami berikan untuk bangsa ini ", mulailah dari hal-hal kecil, mulailah dari diri sendiri, tebarkan kebaikan dan salam dimanan-mana " HIDUP INDONESIA !!!!!!.

Tidak ada komentar: