Minggu, 05 Desember 2010

SERUNYA MUDIK PAKAI MOTOR





Mudik, sebuah kata yang begitu akrab dan lekat ditelinga para perantau, ma’klum gan … karena satu dan lain hal, suka atau tidak suka kita mesti hengkang dari kampung halaman buat mencari sesuap nasi, kalau anda seorang perantau, tentu ada keluarga yang ditinggalkan di kampung halaman, entah itu Ortu, Kakek, Nenek atau bahkan mungkin anak yang sekali lagi karena keadaan mesti dititipin atau tinggal ama kakek neneknya di kampung wabil khusus yang istri plus anaknya ada dikampung, wah pokoknya rasa rindunya bisa sampai ubun-ubun.

Gambar : http://kolomkita.detik.com/






Istimewanya rupanya budaya mudik adalah tradisi yang hanya ada di Indonesia ( asal nggak diklaim lagi ama Malaysia ) pokoknya lebaran tanpa mudik dirasa ada yang hambar buat perantau, terlebih jika memasuki malam takbiran karena sesuatu hal, terpaksa kita mesti jadi penunggu di kota perantauan hu..hu..hu rasanya sedih dweh…emang sich di era sekarang jauhnya kampung halaman bisa terasa dekat seiring makin canggihnya dunia komunikasi; bisa SMS an via HP, Chating, atau ngobrol pakai webcam di yahoo messenger, tapi tetap aja tanpa di barengi bersimpuh langsung dengan Ortu atau bersalaman dengan handai toulan semuanya dirasa kurang afdol.





Mudik 2009 yang lalu terasa istimewa, soalnya setelah sekian lama gusar pengin rasain mudik pakai motor, akhirnya kesampaian juga, nampaknya faktor ekonomi (irit red) bukan satu-satunya alasan kenapa para pemudik nekad menggunakan motor saat mudik, setidaknya ada beberapa faktor yang pantas jadi alasannya:



  •  Mudik pakai motor mempunyai cerita petualang yang jauh lebih seru.
  •  Lebih flexible menghindari macet.
  • Lebih bebas beristirahat sesuka hati dan leluasa menikmati pemandangan.
  • Nuansa mudik sebagai seorang perantau lebih terasa.
Memang pemerintah melalui kepolisian beberapa kali menghimbau bagi para pemudik hendaknya tidak menggunakan motor saat pulang kampung apalagi jika muatanya lebih dari dua orang, sayangnya himbauan tersebut tidak diikuti solusi yang memadai, emangnya angkutan yang tersedia cukup untuk mengangkut jutaan pemudik di seantero negeri? apakah kenyamanan pemudik saat menggunakan angkutan terjamin?, alasan dikeluarkannya himbauan katanya karena jumlah kecelakaan pemudik yang menggunakan sepeda motor tahun demi tahun bertambah, dari sisi ini memang ada benarnya juga, tapi itu semua bisa diminimalisir dengan kehati-hatian kita saat di jalan, bisa menjaga stamina, mengatur pola istirahat misal idealnya setidaknya setiap 2 jam sekali kita mesti istirahat, menggunakan waktu istirahat seoptimal mungkin misal dengan melemaskan otot-otot tangan dan kaki yang pegal plus cuci mata tentunya biar pandangan kembali segar, cukup asupan gizi atau makanan dan satu lagi yang penting lalui perjalanan Anda dengan santai anggap mudik dengan menggunakan motor adalah bagian hiburan yang menyenangkan buat kita.

Pagi H-1 lebaran 2009, sebuah motor melaju dari sebuah perumahan di tangerang, motor tersebut, di naiki satu keluarga yang terdiri dari Bapak, Ibu dan putri kecilnya, sebuah tas besar teronggok di boncengan tambahan yang menjadi ciri khas pemudik pakai motor roda dua ( beralaskan kayu yang diapitkan di samping kanan kiri motor ), selepas subuh kami memulai perjalanan, wajah sumringah penuh harapan ingin segera bersua dengan kerabat dan merasakan jejak memori di kampung halaman, tak lupa kami berdoa semoga perjalanan ini mendapatkan rahmat, lindungan dan bernilai ibadah.

Bayang-bayang kampung halaman, wajah berseri dari Ortu di kampung seakan terus melambai menunggu kedatangan kita, oh ya kami pulang kampung menuju daerah kami di kampung genteng kulon kec cimanggu kabupaten cilacap, perjalanan yang ditempuh waktu normal menggunakan bus sekitar 8 jam dari tangerang

Embun pagi mengiringi langkah awal kami, udara dingin tak kami rasakan karena terbakar oleh gelora semangat untuk terus menyusuri jalan, rute yang kami rencanakan untuk ditempuh antara lain;

Start Perumahan Citraraya ( Tangerang )– Perumahan Lipo karawaci – Bumi Serpong Damai – Ciseeng – Tajur – Ciawi – Puncak – Cipanas – Cianjur – Bandung – Nagrek – Tasik – Ciamis – Banjarsari – Majenang – Cimanggu – Finnish di Genteng kulon (Kec Cimanggu )

Sebetulnya ane sebagai kepala rumah tangga kagak tega kalo mudik pakai motor mesti dibarengi istri plus anak ane pikir duh kasihan nanti kecapean di jalan apalagi kata banyak orang mudik pakai motor punya seabreg resiko, mangkanya jauh hari sebelum berangkat ane dah kagak bosen-bosen nyaranin supaya ibu ame putriku ndak usah ikut aje, mending naik bus aja ntar tak beliin tiket bus yang pake AC, tapi berulangkali ibunya bocah berujar, “ udahlah pak pokoknya ane sebagai bini yang setia nggak bakalan tega nglepasin suami tercinta sendirian mudik pake motor sendirian ntar pasti kepikiran terus khan kita dah berjanji susah senang mesti kita lalui bersama” ( busyet romantis banget bikin aku trenyuh ) e..eh putriku yang baru berumur 6 tahun ikut ngomporin; “ Iya pak Elsa juga mesti ikut, pasti nanti seru dech di jalan Elsa janji nggak bakalan rewel “ ya udah dech kalo ntu mau kalian skorenya khan 1-2 jadi bapak setuju aja.

Saat perjalanan baru 1 jam ditempuh pas lampu merah menyala di bilangan Bumi serpong damai kebetulan ini motor berada di jajaran paling depan sementara dibelakang berderet bak semut mobil plus motor berhimpitan, nah kala lampu sudah hijau tiba-tiba ini motor mogok, distater nggak mau nyala, tet..tet…tot..tot…tot klakson mobil dan motor dari arah belakang bersahutan nggak sabar pengin segera maju, dalam hati bergumam “ sabar dikit kenapa? mana ini hari masih puasa ndak kasihan apa lihat motor bawa muatan banyak bawa anak istri pula” akhirnya motor dituntun ke pinggir aduh tor..tor tumben-tumbennya kamu ngadat, setelah dioprak-oprek (dikutak-katik) nggak pake lama motor hidup kembali, perjalanan pun kami lanjutkan ………

Tak butuh waktu lama, tangerang pun kami lewati. Memasuk bogor via Ciseeng nampaknya jalan menyempit, tapi beruntung bisa dibilang jalan cukup mulus, sementara putriku sepanjang jalan keasyikan, nyanyi dan bersenda gurau, jadilah perjalanan terasa ringan, memasuki parung udara dingin khas bogor semakin terasa, memasuki Tajur ( Sentra produksi / penjualan tas bogor ), kondisi jalan mulai menanjak, memasuki Ciawi jalan mulai tersendat dan cenderung merambat, memasuki puncak kemacetan semakin parah, motor terpaksa harus lewat sebelah kanan terus, inilah untungnya pakai motor ditengah kemacetan masih bisa selap-selip, Puncak sebagai tempat faforitku dengan jalannya yang naik turun, berkelok, sejuk dan hijau seakan merayu kami untuk beristirahat di sebuah restoran yang berada tepat dipinggir tebing, dengan latar belakang pemandangan yang aduhai, santai menikmati makan dikombinasikan teh khas hasil perkebunan di puncak, pokoknya istirahat yang mantap surantap, selesai makan kamipun segera membayar makanan, begitu disodori bon, ho..ho..ho angka rupiah yang tertera lumayan besar juga, cukup buat ongkos satu orang pulang kampung, tapi tak apalah, uang sejumlah itu sebanding dengan nikmatnya makan dan suasana rilex yang kami rasakan …..

Perjalanan pun kami lanjutkan, nah masih di sekitar puncak tiba-tiba oleh-oleh di dus yang kami taruh dibagian belakang jatuh, karena ikatannya kendor, kamipun spontan menghentikan motor, tapi apa nyana dalam sekejap dus yang jatuh diaspal disamber orang, istriku sempat berteriak dan mencoba mengejar, tapi aku mengingatkannya udah nggak usah dikejar, percuma anggap aja rejeki buat dia, “ udah ayo lanjutin perjalanan…..

Memasuki Bandung arah Nagrek, kembali kemacetan parah terjadi, ratusan motor menumpuk, panas matahari terasa menyengat, berbaur dengan asap dan suara knalpot, Nagrek pun akhirnya bisa kami lewati, walau sempat khawatir takut motor nggak kuat, Tasik, Ciamis dan Banjar Sari kami lalui dengan cukup lancar, salut juga buat pemda Jawa barat, jalanan yang kami lalui di daerah ini relative mulus dan rapih dengan lampu penerangan yang cukup, , sekitar jam 7 malam kami, memasuki perbatasan Jawa tengah dengan patung Pangeran Diponegoronya yang berdiri gagah dengan kuda putihnya, sayang sekali lampu jalan sepanjang arah majenang terasa sangat kurang, sementara samping kanan dan kiri berderet hutan karet, pinus maupun jati, kenyamanan mudik kami mulai terusik, apalagi motor yang kami tumpangi terasa grudak-gruduk ( sok lah diartiken bae sorangan naon artina ), rupanya jalan yang kami lewati banyak dihiasi lubang dan bergelombang, oh daerah kampung halaman setelah sekian lama kau kami tinggalkan, nampaknya jalanan didaerah ini belum ada kemajuan berarti, padahal daerah kita berada di gerbang masuk menuju propinsi Jawa Tengah, huh..h benar-benar membuatku kuciwa!!, kesan ini saya dapat pula dari teman kerja yang pulang mudik ke daerah wonogiri lewat jalur selatan, “ waduh tri jalan didaerahmu itu parah, udah sempit, banyak lubang kelak-kelok pula “ Sebagai bagian dari warga cilacap kami masih menaruh rasa optimis dan harapan moga tahun – tahun kedepan jalanan di daerah kita bisa di sulap menjadi mulus.


Singkat cerita sekitar jam 9 sampailah kami di rumah, suara takbir bersahutan, akhirnya aku kembali bisa merasakan kembali rumah yang dulu saya diami sebelum merantau, sholat ied di lapangan Bantar Panjang, melewati sungai Cikawung tempat dulu bermandi ria dan mencari ikan, deretan bukit masih cukup cantik untuk dilihat, Pasar Genteng yang dipagari deretan kios, minimarket pun sudah bermunculan, oh Genteng rupanya sudah semakin maju, selepas sholat ied sudah menjadi kebiasaan kamipun sekeluarga berkumpul untuk bersalaman dan terutama sungkem pada Ibunda tercinta, terus terang saat-saat dimana aku bersimpuh dan memohon ridlo dan maaf dari Ibu adalah saat yang paling mengharukan bahkan tak terasa airmata pun keluar, padahal di perantauan tantangan demikianlah berat tapi air mata terasa begitu mahal aku kucurkan, yach Ibu adalah sosok yang sangat aku hormati lebih dari yang lain.


Sebelum kami akhiri coretan ini, ijinkan kami memberikan beberapa tips saat Anda mudik menggunakan motor :


  1. Luruskan dan mantapkan dulu niat Anda, terserah mau bagaimana lafal niatnya misal:

“ niat ingsun balik mudik nganggo motor, kerena Alloh ta-ala mugi-mugi dados bernilai ibadah”


  Kalau niatnya lurus pasti jalannya juga mantap dan nggak megal-megol.


  1. Siapkan bekal, baik mentahan ( duit, kartu ATM ) jangan sekali-kali nekad mudik bawa dompet kosong, oh ya kalau bisa itu duit jangan dibawa semua, sisain dibawah bantal barang selembar dua lembar, buat persiapan nanti kalau sudah balik lagi ke rumah siapkan pula bekal matengan ( snack, minum, vitamin ).

  2. Kunci rumah Anda, pastikan semuannya dalam kondisi aman, pamitan ama tetangga ndak baik main ngloyor aja. Nggak usah khawatir ada rasa kehilangan berlebihan, lagian rumah digendong juga nggak bakalan bisa toh, tenang di beberapa perumahan khan ada Satpam atau warga yang ronda.

    Nggak usah bawa barang bawaan berlebihan, misal sambil bawa kulkas, TV atau mesin cuci, ingat kendaraan roda dua punya batas maksimum beban yang harus dibawa, lagian kalau bawaannya berat atau penuh, jalannya jadi nggak enak ( ndak stabil and ribet )


  3. Kalau perlu jalan berombongan atau setidaknya ada teman satu team diperjalanan, buat jaga-jaga biar nggak kesasar atau butuh bantuan.

  4. Pastikan kondisi motor dalam keadaan sehat wal afiat, periksa fungsi rem, mesin, olie, ban ( ban yang udah gundul kayak ban dalam sebaiknya di ganti ), biar jalannya enak ada baiknya di tune up total dulu, bawa pula peralatan untuk perbaikan motor.

  5. Selingi perjalanan Anda dengan istiahat yang cukup dan optimalkan.
  6. Patuhi rambu lalu lintas.
  7. Kalau sekiranya mau balik lagi ke perantauan terasa berat dan masih lelah, gunakan aja fasilitas pengiriman paket motor, PT KAI sudah melayani jasa ini.
Dah dulu yach, oh yach saat perjalanan balik ke tangerang, oleh-oleh yang dibawa dari kampung kembali ambrol di jalan, kali ini penyebabnya dus tempat oleh-oleh hancur terkena hujan ( lupa ditutup plastik ), jadilah isinya ambrol semua tanpa bekas, satu lagi keapesan lain saat perjalan pulang didaerah parung, malam sudah gelap, hujan sedemikian deras, ban motor kemps, jadilah itu motor kami dorong sepanjang 1 ½ kilometeran, bengkel sudah pada tutup, motor lain ndak ada yang berhenti nolong, untung aja ada sebuah rumah yang sekaligus digunakan untuk bengkel, akupun menghampiri si empunya rumah, “ pak tolong dong pak kita mau ke tangerang tapi ini ban motornya bocor minta tolong ditambal “ tapi jawaban apa yang ku dapat “ hah enek aja orang kita lagi enak-enak istirahat nggak bisa bengkel dah tutup, males nanti alatnya pada basah semua” aku pun mencoba terus merayu “ tolonglah pak kami butuh banget bantuan ini, tenanglah nanti kita bayar berapa kali lipat dech”, dengan nada agak tinggi dia menyahut “ sekali tidak tetap tidak!” nggak mau kalah akupun terus membujuk “ Pak bapak boleh tega ama saya, tapi apakah bapak tega dengan anak istri saya yang basah kuyup, saya nggak sendirian pak, lihat anak istri saya disana, saya pun menunjuk Ibu dan anakku yang sedari tadi mengikutiku dari belakang” entah iba atau karena apa akhirnya Bapak yang punya bengkel mau juga menambalkan ban motor kami, setelah selesai sayapun membayarnya lebih dan mengucapkan terima kasih, kamipun bisa melanjutkan perjalanan pulang balik ke tangerang.

Demikian semoga bermanfaat

Tidak ada komentar: