Kamis, 16 Desember 2010

TAMASYA NDAK MESTI PAKAI UANG BANYAK?



Kebetulan per hari ini aku libur 3 hari ( Tgl merah hari kelahiran Nabi Muhammad Saw ), ditambah lagi sudah gajian, maklumlah kita sebagai pekerja pabrik ndak munafik, gajian adalah ritual yang paling ditunggu, makanya hari ini setiap melewati ATM mesti ada antrian panjang, wajah-wajah penuh sumringah terlihat jelas dari para pengantri, kadang satu keluarga dibawa serta, tentunya mereka semua sudah menggenggam sejumlah rencana, ada yang mau langsung buat belanja di mall, untuk pergi tamasya, beli mainan anak, atau sekedar makan atau jajan ditempat yang selama ini mereka dambakan, dimana  kalau hari-hari biasa rasanya sulit dilakukan, apalagi kalau pas tanggal tua, boro-boro pergi ke mall, he..he ke warung saja kadang sampai ngutang??? sorry bro ane bukannya mau nyindir.....

Keadaan diatas adalah gambaran sebagian besar, pekerja tingkat bawah, termasuk aku lho, fenomena menunjukan selama kita hanya bergantung pada pemasukan upah dari pabrik, yang mana besarannya sudah ditakar, kondisi diatas sulit untuk kita hindari, untuk itu mutlak diperlukan sikap yang bijak dalam mengelola keuangan, jangan kondisi sulit, justru diperburuk dengan sikap destruktif, konsumtif diperparah dengan hidup tanpa rencana, “ soal kedepan itu gampang, yang penting hari ini kita senang-senang”, banyak orang menyadari kondisi ini, tapi tak pernah mau beranjak, terlena dan berpangku tangan, mulailah berbenah, yakini bahwasanya masa depan kita sangat ditentukan melalui proses yang berkualitas dan optimal, mulailah dengan langkah yang diliputi keyakinan, bahwa kita bisa menjadi pribadi/keluarga yang lebih baik dari kondisi saat ini, hindari pemikiran yang instant tanpa didasari perhitungan yang matang, sehingga tidak mudah terjerat oleh hutang, penggunaan kartu kredit yang melebihi batas, hidup mengagungkan penampilan, kadang sikap malu diperlukan saat kita harus bercermin, dan bertanya siapakah kita ini?, layakah kita berbuat sesuatu yang sebetulnya diluar batas kemampuan?, tidak ada kata terlambat untuk memulai dan merubah sikap-sikap yang akan menjerumuskan dan menjauhkan diri kita untuk meraih sebuah penghidupan yang lebih baik!, atau mulailah belajar merubah paradigma lama yang mengatakan karyawan pabrik dengan level biasa tidak akan pernah mencukupi kebutuhan.

jadi ndak usah neko-neko apa yang ada sikat saja, soal nanti urusan belakang, kita sebagai orang biasa berhak memiliki pemikiran lebih, mulailah memaksakan diri untuk menabung, pemikiran orang menabung menggunakan uang sisa adalah salah besar, cobalah uang untuk menabung sekuat tenaga walaupun sedikit kita keluarkan didepan, sebelum ada pengeluaran-pengeluaran lain, apalagi harus diingat kebiasaan manusia untuk mengumbar keinginan begitu besar, sehingga tidak mampu melihat mana yang disebut kebutuhan dan mana yang disebut keinginan, pisahkan rekening gajian, dengan rekening tabungan, kalau perlu rekening tabungan tidak usah menggunakan kartu ATM, sehingga kita tidak akan leluasa mengambil dana kita, atau kita gunakan cara lain dalam mengelola keuangan misal dengan cara mengikuti tabungan pendidikan berjangka, dengan setoran yang disesuaikan kemampuan yang ada, sehingga secara otomatis dana kita akan didebet pihak bank, dan dana itu bisa diambil jika saat jatuh tempo berakhir.

Walau harus diakui kebijakan pemerintah untuk memasyarakatkan gemar menabung, belum sepenuhnya diikuti kebijakan pihak bank, khususnya untuk kalangan bawah, seperti sudah jamak diketahui, bunga yang ditawarkan dalam menabung masih jauh-jauh lebih rendah dibandingkan dengan apabila kita meminjam uang, bahkan dana tabungan yang jumlahnya tidak seberapa, sedikit demi sedikit akan habis tergerus oleh biaya administrasi yang besarnya lebih besar dari bunga yang kita terima, disisi lain pihak Bank dengan berbagai cara, menawarkan bunga deposito dan produk-produk bank lainnya untuk kalangan atas, diberikan tawaran yang menggiurkan, kalau perlu dengan memberikan bunga jauh-jauh lebih tinggi, hal inilah yang semakin membuktikan bahwa dinegri ini, yang kaya akan bertambah kaya,
yang miskin tetaplah miskin bahkan lebih sulit dari sebelumnya.

Pagi ini aku bangun agak siang, lamat-lamat terdengar istriku membuka warung kecil kami, kebetulan ada yang ketuk-ketuk pintu teriak mau beli sesuatu, alkhamdulillah pagi-pagi rejeki sudah nyamperin, walau sedikit kaget aku singkapkan selimut biar ndak bermalas-malasan terus, disampingku sudah duduk elsa putriku yang lagi melotot lihat acara kartun di TV, Sa... hari ini bapak libur lho, tiga hari lagi, Elsa seneng nggak, Seneng dong hore libur nanti bisa mainan sama bapak, iya bapak pasti nemenin elsa main koq, sebentar bapak buka dulu jendelanya biar segar, ketika kubuka jendela, angin pagi dengan membawa kesegaran menerpaku, pohon mangga dengan daunnya yang rimbun dan hijau berdiri kokoh dipekarangan, kehangatan sinar matahari yang menyeruak masuk melalui sela-sela daun dan satu lagi yang istimewa, bunga wijayakusuma didepan rumah mekar dengan sempurna, aku dan istriku hapal seakan bunga ini begitu mengerti kondisi yang terjadi, yach setiap tanggal-tanggal gajian, atau mau terima uang dihari-hari lain bunga ini selalu mekar, he.. he.. sudah libur gajian pula, lagi asyik bengong, anaku minta sesuatu, “ Pak kita jalan-jalan yuh, ke taman yang ada mainannya, itu lho di komplek perumahan sebelah”, iya dech ntar bapak anterin, tapi sebentar bapak mau bersih-bersih dulu, nyapu, ngepel ama nyuci motor lihat noh motornya sudah kumal, khan kasihan ibumu masak sambil nglayanain orang beli.

Memang sudah menjadi kebiasaanku, setiap akhir pekan, selalu disempatkan mengajak jalan-jalan keluarga walau misalnya jalan hanya disekitar komplek perumahan, yang penting bisa mengurangi rasa suntuk dirumah, jam 9 sebetulnya matahari sudah cukup panas, tapi karena sudah janji mau mengajak elsa tuk jalan-jalan akhirnya kita berangkat, sampailah di perumahan sebelah, kebetulan disana ada taman yang dilengkapi arena bermain, gratis pula begitu sampai, elsa langsung loncat kegirangan, asyik bermain prongsotan, jungkat-jungkit, ayunan, hm..mm betapa bahagiannya bisa membuat anaku tertawa lepas, setelah puas main ditaman, perjalanan dilanjutkan bermain ditepi danau, masih disekitar area perumahan, sambil asik melihat orang mancing, elsa dengan kepolosannya mencari ranting mencoba meniru apa yang dilakukan tukang pancing, tangannya mencoba menggapai air danau, riak air dan warna air yang jernih kehijauan, menghanyutkan pikiranku akan apa yang telah aku raih, hingga saat ini tatkala aku begitu santai, duduk dibawah pohon rindang, Ya Tuhan rasanya tak layak jikalau aku sampai lupa bersyukur kepadaMu, memang benar tujuan hidup harus terus kita kejar, tapi seyogyanya diselingi dengan berhenti sejenak, dan merenungi betapa detik ini kita masih bisa merasakan, kehangatan keluarga, bisa berteduh disebuah rumah yang mungil, dilengkapi usaha warung yang masih berjalan dari tahun 2005, masih bisa bekerja dan mencari nafkah, masih bisa berolahraga, badminton, futsal atau sepak bolalah, bisa bersosialisasi dengan warga, bisa diberikan kesadaran untuk terus belajar misal sedikit mendalami komputer dirumah, rasanya ini adalah sebuah pencapaian-pencapaian yang rasanya sulit dicapai jika tidak disertai tekad dan strategi menghadapi hidup dengan baik.

Sebagai pekerja hedaknya kita tidak hanya berpikir ditingkat dasar, kita berhak untuk berbuat lebih jauh, percayalah kesuksesan merupakan hak setiap insan, anda melakukan rencana dan tindakan terbaik sudah barang tentu baju kesuksesan layak anda kenakan, lamunanku buyar tatkala anaku mulai mengganggu pemancing dengan melemparkan ranting disekitar pancingnya, spontan aku teriak, elsa ndak boleh begitu, jangan ganggu keasyikan orang dia sekuat tenaga bertahan dan penuh sabar ingin mendapatkan ikan bahkan sampai dibawah terik panas matahari jangan ganggu kebahagiaannya, ketika elsa sedang asyik bermain air, aku iseng mau ngerjain dia, aku pura-pura hilang dengan cara naik kepohon yang cukup tinggi, setelah sampai diatas pohon, aku amati gerak-gerik elsa, benar saja sebentar kemudian dengan wajah cemas dia teriak-teriak” bapak!, bapak! dimana, aku segera menyahut bapak disini, kelihatan kepalanya tenak-tengok yang dicari belum juga kelihatan, paling dia membatin wah ada suara tapi ndak ada rupa, karena aku ndak tega melihat dia sampai mau nangis akhirnya aku turun dari pohon, Uh..h bapak nakal kirain elsa ditinggalin, wah berarti sayang banget dong sama bapak, takut kehilangan yach, ya iyalah sayang dong, tenang bapak ndak akan ninggalin elsa, bapak selalu setia mendampingi dan mendorong elsa, yuk, pulang hari dah semakin panas, Ibu pasti dah nungguin dirumah, masakannya pasti sudah mateng, akhirnya aku dan elsa pulang kerumah, disambut kehangatan ibu dah sana langsung pada makan, masaknya dah beres koq, OK dech kita langsung makan sa, nyam..nyam sedap.

Tidak ada komentar: